Namanya Supatno. Pria asal Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah ini terlihat semakin usur dimakan usia, siang ini. Sekalipun demikian, pria asal Jawa ini masih terlihat bugar.Â
Orang-orang di sekitar lebih akrab menyapanya dengan mbah Iyah. Ia mengaku kelahiran tahun  1936. Namun tahun lahir di KTP lebih mudah 6 tahun, yaitu 1942.Â
Merantau ke Bukit Jambi. Suatu dusun yang ada di Kampung Gunung Katun, Kecamatan Baradatu, Way Kanan, Lampung sejak masih muda. Dan kini Bukit Jambi tetaplah menjadi tempat domisilinya, sekalipun ada anaknya yang menetap di Bogor dan Batam.
Jika benar mbah Iyah lahir tahun 1936 maka kini ia berusia 87 tahun. Umur yang sudah tergolong panjang untuk rata-rata umur pria Indonesia.
Mbah Iyah memiliki 4 anak dan beberapa cucu. Anak-anak dan cucu-cucunya pun telah berumah tangga. Tetapi ia tinggal sendirian. Tak mau merepotkan anak dan cucunya.
Semua kebutuhan makan dan minum dipenuhi sendiri. Menanak nasi, sayuran dan kadang lauk dilakoni setiap hari. Termasuk menjerang air untuk kebutuhan minum dan menyeduh kopi. Makhlum, mbah Iyah termasuk penikmat kopi.Â
Kebutuhan kopi dipenuhi dari hasil tanaman kopi yang ada di belakang rumah. Buah kopi yang sudah tua, dipanen lalu dijemur. Ia memiliki pengupas kopi sederhana, sebab pria yang masih energik ini lebih suka mengkonsumsi kopi yang diproses dengan cara semi-washed.
Jika tak kuat untuk mengoperasikan alat pengupas kopinya, maka pilihannya adalah langsung menjemur buah kopi di halaman depan rumah. Sesekali, ada tetangga yang datang untuk menengoknya dan Mbah Iyah bisa menitipkan kopinya untuk diproses lebih lanjut.
Tips Sederhana Agar Berumur Panjang ala Mbah Iyah
Tak ada tips atau strategi tertentu bagi mbah Iyah untuk hidup sehat hingga mencapai usia 87 tahun seperti sekarang.Â
Namun hal utama yang dilakukan adalah bersyukur pada Allah atas kehidupan yang telah diperolehnya. Sembahyang 5 waktu tak pernah ditinggalkan. Setiap kali shalat, selalu dilakukan di Masjid karena rumahnya berada tepat di sebelah Masjid.
Mbah Iyah tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu hingga sekarang. Tak ada pantangan khusus. Hanya makanannya sering kali direbus saja. Sebenarnya karena alasan berkekurangan. Namun itu dirasa, dapat mempertahankan kesehatan jasmaninya hingga saat ini.
Ia rajin bangun di pagi hari. Setelah sembahyang subuh, lalu mulai memasak untuk makan hari itu. Selanjutnya, melihat-lihat kebun di belakang rumah. Bekerja seperti biasa, merawat dan memutil kopi jika ada buah kopi yang perlu dipetik.
Ia tidak terlalu ngoyo untuk bekerja. Kadang mendapatkan kiriman uang dari anak. Dan sering kali mendapatkan kiriman makanan dari masyarakat di sekitar. Apapun yang diperoleh, selalu diterima dengan rasa syukur.Â
Tetap bahagia dan teruskan cara hidup sehatnya ya mbah. Semoga panjang umur, sehat dan bahagia selalu. Dan menjadi teman ngobrol yang tetap mengasyikkan. Juga memberi pandangan-pandangan hidup dari pengalaman-pengalaman hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H