Satu lagi kopi Nusantara yang bisa kunikmati. Bukan kopi Lampung atau NTT yang sering kuseruput  kala pagi atau menjelang sore hari. Tetapi ini adalah kopi Kingkong merah.Â
Bagi penikmat kopi Nusantara, barangkali penasaran. Darimanakah gerangan si Kingkong merah ini? Sebab kopi yang satu ini jarang dijumpai di kedai kopi.
Mungkin ada, tetapi hanya di kafe kopi lokal. Tidak seperti kopi Nusantara lain semisal Torabika, Gayo Aceh, Kintamani Bali, Kerinci Riau, Bajawa Flores, Â Mandailing Medan, Wamena Papua atau Robusta Lampung.Â
Bahkan kopi Nusantara tersebut tak disebutkan dalam menu minuman kopi di kafe populer. Sering terdengar aneh bagi yang bukan penikmat kopi di kafe pop.Â
Nama-nama kopi Nusantara imi kalah dengan jenis kopi racikan semisal Latte, Cappuccino, Americano, Espresso, Doppio dan Cortado.Â
Atau Macchiato, Mocha, Flat White, Affogato, Cafe au Lait, Iced Coffee dan Cold Brew. Mungkin juga sederatan nama asing lainnya yang kurang familiar bagi peminum kopi pinggiran seperti saya.Â
Kembali ke cerita kopi Nusantara. Kingkong merah adalah kopi asal Pangkal Pinang, Bangka. Kemarin sore (4-5-2023), akhirnya saya bisa menikmati secangkir kopi ini bersama dua rekan kerja.
Kok bisa menyeruput si Kingkong merah ini? Beri tahu nggak ya? Â Kopi asli Pangkal Pinang ini adalah kiriman dari salah satu sahabat baik di Kompasiana, Theresia Martini.Â
Tahu kan, Theresia Martini adalah seorang ibu guru asal Kota Pangkal Pinang, Provinsi Babel. Kalau belum kenalan, boleh intip puisi-puisinya. Gratis, tak dipungut biaya. Indah dan bernas kan puisi-puisinya di Kompasiana? Â
Di Pangkal Pinang, kopi Kingkong merah termasuk dalam lingkup UMKM. Profil singkat yang ditulis dalam kukm.babelprov.go.id menyebutkan kekhasan kopi ini.
Cita rasanya enak, kental dan memiliki aroma yang khas. Proses produksinya juga masih tradisional, menggunakan penggorengan kopi, bukan mesin.
Rasanya ciri yang disebut itu tepat. Baru pertama kali nyeruput, langsung merasakan cita rasamya.
Pemasaran kopi Kingkong ini sudah menjangkau seluruh Provinsi Babel dan Kota Palembang. Bahkan sudah merambah Jakarta. Pemasaran secara online juga memungkin produk kopi ini bisa menyebar  kemana-mana.Â
Kemplang Bangka
Sebenarmya ada beberapa camilan khas Bangka yang turut serta dikirim oleh sahabat saya tadi. Namun saya lebih tertarik pada produk yang namanya Kemplang.Â
Selama ini, saya hanya mengetahui kalau Kemplang itu identik dengan Palembang dan Lampung. Nampaknya saya kurang referensi. Ternyata ada juga Kemplang asli Bangka.
Meskipun dari daerah yang berlainan, kerupuk Kemplang  ini terbuat dari bahan dasar yang sama. Ikan tenggiri dicampur tepung tapioka dan ditambah penyedap rasa.Â
Adonan ini lalu dikeringkan kemudian dipanggang atau digoreng. Jadilah, kemplang bakar dan kemplang goreng. Juga ada  sambalnya yang dibungkus tersendiri.Â
Kemplang dapat dinikmati seperti camilan. Atau dapat dimakan seperti krupuk bersama hidangan makanan sehari-hari.Â
Nusantara kita memang sangat kaya. Alamnya menyediakan begitu banyak sumberdaya unruk dikelola.Â
Sementara manusianya cukup kreatif mengelola alam tersebut. Jadinya, kita punys aneka produk khas daerah. Semuanya adalah kekayaaan Nusantara kita.Â
Terima kasih untuk sahabat saya Theresia Martini.  Bisa ngopi dan menikmati camilan  khas Pangkal Pinang, Bangka setelah kembali dari mudik Lebaran tahun ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H