Sejarah membuktikan, Masjid ini menjadi pusat pertahanan dan perlawanan masyarakat Aceh pada masa penjajahan kolonial Belanda. Saking kuatnya perlawanan, sempat dibakar oleh Belanda pada tanggal 10 April 1873.
Lazimnya politik penjajah kala itu, setelah merusak maka giliran berikutnya adalah mengambil hati rakyat yang melakukan perlawanan. Dibangunlah Masjid baru atas prakarsa Belanda. Dan Masjid baru ini pun diresmikan pada 27 Desember 1881.
Kala itu, banyak umat tidak mau beribadah di sana. Sebab umat tidak mau menggunakan Masjid yang dibuat atas bantuan penjajah. Mereka memang konsisten untuk melanjutkan perlawanan melalui berbagai cara.
Mempertahankan Kebesaran Masjid Baiturrahman di Masa Kini
Meskipun lolos dari peristiwa tsunami 2004, ada beberapa bagian yang mengalami kerusakan. Karenanya Masjid ini pun direnovasi sehingga jadilah Masjid seperti terlihat sekarang ini. Masjid ini pun masuk dalam pembiayaan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Hemat saya, tidak ada cara lain selain mempertahankan dan meningkatkan pemanfaatan bangunan bersejarah ini. Hal pertama dan utama, adalah tetap menjaga Masjid sebagai tempat ibadah umat Muslim yang nyaman dan khusuk. Juga menjadi pusat pelajaran agama Islam di Indonesia.
Perawatan Masjid nan Agung seperti ini memerlukan dana yang besar. Karenanya perlu tetap dimasukkan pengganggarannya di Pemerintahan Provinsi dan Pusat.Â
Dan tentunya, perhatian dari semua umat yang berkunjung ke tempat ini. Tetap menjaga kesucian bangunan dan menjaga ketenangan sebagai tempat beribadah. Pengunjung lain, agar menghormati semua kegiatan ibadah dan aturan yang diterapkan di lokasi Masjid ini. Tidak mengganggu kenyamanan umat Islam untuk menjalankan ibadahnya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI