Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengedukasi Anak agar Mengerti dan Menghormati Asal-usulnya

13 Maret 2023   06:56 Diperbarui: 13 Maret 2023   11:49 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menghadirkan jagung bose di meja makan agar anak mengenal dan mencintai makanan tradisional warisan nenek moyang mereka (dokpri)

Perjalanan hidup seseorang tidak dapat ditebak. Termasuk dengan siapa ia akan membentuk keluarga baru dan menetap dimana setelah itu. Ada yang menikah dan tinggal di daerah kelahirannya. 

Ada juga yang merantau, bertemu jodoh dari suku atau bangsa lain. Lalu  tinggal di daerah baru. Belajar dan beradaptasi dengan budaya setempat.

Saya mencontohkan diri sendiri. Bukan bermaksud untuk flexing sih. Lagian, apa yang  dipamerin? Tak ada, selain diri ini. 

Saya berasal dari suatu  kampung  mun jauh di pelosok sana. Saat itu masih sulit dijangkau dengan kendaraan. Kemana-mana mengandalkan kaki. Kadang naik kuda.

Penerangan hanya  menggunakan lampu minyak tanah. Paling banter hanya petromax. Itu pun ketika ada acara yang lumayan besar di malam hari. 

Anak-anak yang hendak melanjutkan sekolah SMP, akan keluar dari kampung.  Merantau mengikuti ketersediaan fasilitas sekolah yang hanya ada di kota. 

Saat menamatkan sekolah, banyak dari anak perantau ini tak kembali ke kampung halaman. Mereka berjuang di rantau untuk hidup mandiri.

Tak jarang, ada yang kemudian putus hubungan dengan keluarga besar di kampung asalnya. Tidak berkeinginan untuk menengok kampung halamannya lagi.

Anak-anak pun tumbuh dan tak tahu asal muasal mereka. Hanya tahu bahwa orang tua berala dari kampung anu, tetapi tidak bisa banyak bercerita. 

Wajib ke Kampung Bersama Anak-anak

Setiap tahun, biasanya pada awal November kami akan berlibur ke kampung. Sebab di saat itu, anak-anak di Kota Kupang libur sekolah beberapa hari. Minimal libur pada tanggal 1-3 November.

Wajib ke kampung bersama anak-anak minimal setahun sekali (dokpri) 
Wajib ke kampung bersama anak-anak minimal setahun sekali (dokpri) 

Pada tanggal 2 November, anak dan cucu biasa berkumpul di rumah orang tua. Berziarah dan berdoa di makam keluarga yang telah meninggal dunia. 

Dengan membawa anak-anak ke kampung halaman, mereka dapat berinteraksi dengan alam sekitar. Juga belajar akan kebiasaan di kampung. Termasuk upacara-upacara adat dan penghormatan kepada leluhur dan orang-orang tua.

Hal penting lain adalah membawa mereka ke tanah ulayat. Tanah suku yang mana anak-anak harus belajar mengenal dan mencintainya. Melatih anak-anak untuk berpikir, bagaimana mengembangkan lahan komunal untuk kesejahteraan seluruh anggota suku. 

Mendekatkan anak-anak pada keluarga besar

Selain membawa anak-anak ke kampung, hal lain yang perlu dilakukan adalah mendekatkan anak-anak pada keluarga besar. 

Anak-anak diedukasi untuk menyebut saudara-saudara sesuai tingkatnya dalam keluarga. Menyapa dengan sebutan  om, tante, bapak atau mama, sekalipun yang bersangkutan lebih muda. 

Antarsepupu, juga diminta untuk saling berkomunikasi. Dengan demikian, mereka akan terlihat akrab dan saling menyayangi. 

Mengenalkan budaya asal orang tua

Sejak dini, anak-anak sudah dikenalkan dengan budaya orang tua. Adat istiadat dari keluarga ayah dan ibu.

Pengenalan ini dimaksudkan agar anak merasa ia adalah bagian penting dari keluarga besar yang punya asal usul jelas. Beberapa budaya penting yang perlu diperkenalkan adalah sebagai berikut. 

1. Mengajari anak berbahasa daerah

Sering mengajak anak untuk berbahasa daerah ayah dan ibu merupakan hal penting. Meskipun tak selancar anak-anak di kampung, minimal mereka tahu bahasa daerahnya.

2. Membiasakan anak memakai pakaian adat

Anak-anak sekolah kini sering menggunakan pakaian daerah ke sekolah. Kesempatan memperkenalkan pakaian daerah. 

Tak cukup mengenalkan, tetapi memberi pemahaman tentang makna memakai pakaian adat. Maksud dari motif yang ada. Juga bagaimana proses membuat pakaian daerah tersebut. 

Mendorong anak bangga memakai pakaian daerahnya (dokpri)
Mendorong anak bangga memakai pakaian daerahnya (dokpri)

3. Mengenalkan musik dan lagu daerah

Musik dan lagu daerah juga perlu diperkenalkan pada anak sejak usia dini. Caranya, mengajak mereka bernyanyi bersama. 

4. Mengenalkan makanan asli 

Setiap daerah punya makanan asli. Anak-anak yang lahir di kota, sudah mulai jarang makan makanan daerah. Bahkan belum pernah mencobanya.

Sebagai orang tua, kami perkenalkan makanan daerah pada mereka. Seminggu satu kali. Ada jagung katemak dan jagung bose. 

Perlahan-lahan, anak-anak mulai suka dan terbiasa makan. Bahkan timbul rasa ingin makan ketika makanan tersebut tak dihadirkan di meja makan. 

Menghadirkan jagung bose di meja makan agar anak mengenal dan mencintai makanan tradisional warisan nenek moyang mereka (dokpri)
Menghadirkan jagung bose di meja makan agar anak mengenal dan mencintai makanan tradisional warisan nenek moyang mereka (dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun