Tanpa banyak kata, ia mengambil pesanan pembeli. Ditambahnya sedikit tomat dan lombok. Nampaknya ia ingin memuaskan pembeli yang minta persen.
Dengan cekatan, dibereskan kembali dagangannya. Tak lupa pamit sama tuan runah dan melanjutkan perjalanannya. Menjajakan sayurannya.Â
"Kangkung.....sawi....tomat....lombok...."!. Teriaknya sambil berusaha memperbaiki mantek hujan yang dikenakannya.
Dari seberang jalan terdengar teriakan lagi. "Mama...beli sayur"! Dan dengan penuh semangat ia mendatangi asal suara tadi.
Hujan makin deras. Sang ibu penjual sayuran berteduh di garasi pemilik rumah. "Sini saja mama, di dapur!" Teriak empunya rumah.Â
"Mama kasih tomat 10 ribu, lombok 10 ribu. Kangkung dan sawi ju masing-masing 10 ribu", si ibu pembeli menyodorkan 2 lembar uang dua puluh ribu.
Di luar hujan menjadi-jadi. Diiringi sambaran kilat dan guntur nan menggelagar. Pemilik rumah meminta penjual berteduh dulu.Â
Dan segelas teh hangat plus pisang rebus disuguhkannya. Ibu penjual menyambutnya dengan enggan dan malu-malu.Â
Ditemani segelas teh, pembeli dan penjual terlibat perbincangan ringan nan lancar.Â
Rupanya ibu penjual sayuran ini memiliki 3 anak. Â Si sulung telah bekerja sebagai ASN di salah satu kantor dinas. Sementara yang kedua pergi merantau. Menjadi pekerja sawit di Malaysia.Â