Setiap orang, tentu saja memiliki hak untuk mengembangkan hidupnya menjadi lebih baik. Dari yang kurang mampu menjadi lebih mampu. Dari yang kurang tahu menjadi lebih tahu dan terampil dalam melakukan sesuatu.
Tak terkecuali, para petani yang hidup di desa. Â Mereka memiliki tujuan hidup yang ingin diraih, melalui berbagai rutinitas harian. Bekerja, belajar, dan berinteraksi dengan sesama komunitas. Hidup dalam situasi damai, tak saling bermusuhan tetapi bertolong-tolongan ketika salah satu keluarga menghadapi kedukaan atau hajatan besar.
Sekalipun mereka kurang mendapatkan berbagai akses berupa teknologi dan informasi, sarana dan prasarana, dan fasilitas publik lainnya, bukan berarti mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih rendah. Bahkan mereka memiliki keahlian alami yang diwariskan oleh orang tua atau akibat mencoba melakukan sesuatu melalui latihan secara mandiri.
Karenanya, pendekatan pembangunan yang ingin dilakukan oleh pihak luar harusnya berdasarkan pada apa yang dibutuhkan. Tak sekedar membawa bantuan dari luar, atau mencoba membawa model dari luar yang belum tentu cocok untuk diterapkan.
Pendekatan pembangunan sudah sepantasnya berbasis pada aset yang mereka miliki, Asset Base Community Development (ABCD). Mereka punya aset. Ada modal sumberdaya manusia, sumberdaya alam, finansial, fisik, dan sosial. Hanya saja, perlu dorongan yang lebih kuat lagi agar aset-aset yang dimiliki para petani di desa, benar-benar dimanfaatkan.
Kehadiran orang atau lembaga dari luar, harus didasarkan pada usaha mendukung. Bukan untuk mengambil alih peran dan fungsi mereka. Comdev BWKM, salah satu pihak luar yang ingin terlibat dalam usaha pembangunan petani desa juga sadar akan hal ini. Karenanya, mereka melakukan 5 prinsip pendekatan mendukung.
Prinsip pertama, mendukung gizi keluarga
Ketika hadir di desa dan melihat anak-anak makan mie instant plus nasi putih, rasanya memang kurang afdol. Namun tak serta-merta pula kita menegur ibundanya. Lebih baik melakukan pendekatan, mengajak para ibu menanam sayuran di pekarangan. Juga memelihara ikan di samping rumah.
Pada dasarnya, setiap rumah petani ada tempat yang dapat dijadikan sebagai lahan sayuran. Kalau pun tak dapat bertanam di tanah, kita dapat mengajak para ibu untuk bertanam di kaleng atau karung bekas. Bertanam sayuran dipekarangan, membuat lingkungan rumah menjadi hijau dan rindang. Dan ketika sudah nampak hasilnya, kita dapat memanen sayuran tersebut.
Prinsip kedua, mendukung ekonomi keluarga
Selain mendukung gizi keluarga, aneka sayuran dapat ditanam dalam skali yang lebih besar dengan tujuan dijual. Sebagian kecil dimakan untuk memenuhi gizi keluarga, dan sebagian lain dijual untuk menopang ekonomi keluarga.
Prinsip ketiga, mendukung pengetahuan dan keterampilan keluarga
Siapa bilang komunitas petani tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan? Â Ada dan banyak. Hanya saja, mereka seringkali menganggapnya sebagai bagian dari kerja.
Saya pribadi belajar dari petani lain, bagaimana melakukan teknik sambung pucuk pada kopi atau sambung samping pada kakao. Mereka sangat cekatan. Saya baru mendapatkan satu sambungan, mereka sudah mendapatkan sepuluh.
Ya, di sini terjadi saling sharing pengetahuan yang baik. Abah Romli, tempat saya belajar sambung pucuk kopi misalnya, kurang memahami bagaimana mengambil entres atas yang baik. Saya yang sedikit banyak membaca kriteria batang atas dan bawah, menyarankan untuk mencari yang terbaik.
Prinsip keempat, mendukung program pemerintah di desa
Pemerintah desa memiliki tanggung jawab untuk membangun desanya. Pemdes punya RPJM Desa dan RKT Desa yang cukup lengkap. Karenanya, kurang eloklah apabila ingin membantu tetapi tanpa permisi langsung mengajak masyarakat untuk melakukan sesuatu.
Pemerintah Desa hingga level dusun dan RT akan sangat senang dan terbuka apabila ada pihak lain yang ingin berkontribusi, ikut membangun masyarakatnya. Apabila ada koordinasi yang baik, maka pembangunan akan bisa mencakup seluruh masyarakat dan wilayah yang ada di daerah tersebut.
Prinsip kelima, mendukung program antisipasi perubahan iklim
Bisakah kegiatan yang dilakukan di daerah, mendukung program antisipasi perubahan iklim? Bisa. Berpikir tentang perubahan iklim, tak perlu jauh-jauh.
Membantu masyarakat untuk dapat memanfaatkan air sewajarnya dan membuat jebakan-jebakan air di kebun kopi merupakan upaya yang sudah termasuk dalam mendukung program tersebut. Termasuk di dalamnya, menanam pohon-pohon di sekitar.
Pohon-pohon itu tak hanya menghasilkan buah untuk dipanen. Kehadiran mereka juga dapat berkontribusi sebagai penyuplai oksigen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H