Kehadiran sopi di dalam relasi sosial masyarakat Timor Barat, atau umumnya di NTT, tidak ada sangkut-pautnya dengan mabuk-mabukan. Sebab, di dalam urusan adat-istiadat, hanya dua botol sopi yang diminum bersama oleh mereka yang hadir. Paling tinggi, seseorang hanya kebagian 1-2 sloki kecil.
Sopi merupakan minuman beralkohol asli orang NTT dan Timor Leste. Daerah-daerah lain di Indonesia pun memiliki arak khas yang mengandung alkohol. Kehadiran alkohol dalam bentuk minuman, menjadi pro dan kontra. Entah berkaitan dengan ajaran agama maupun kesehatan.
Tidak diketahui dengan pasti, sejak kapan sopi dikenal secara luas di NTT. Secara umum dinamakan SK, Sopi Kepala. Masing-masing daerah, memiliki nama masing-masing untuk produknya. Misalnya Moke untuk sopi asal Maumere dan sekitarnya di Flores. Di Kabupaten Timor Tengah Utara, ada sopi yang dinamakan TNI dan BBM.
TNI merupakan akronim dari Tuan Nakaf Insana. Sopi kepala asal daerah Insana. Sementara BBM adalah Biboki Bakar Menyala,  sopi kepala berkualitas, sampai menyala apabila dibakar.  Dan masih banyak sebutan lain untuk sopi, sesuai dengan asal daerah.
Sopi, telah lama digunakan dalam relasi sosial masyarakat. Di kalangan masyarakat NTT, sopi adalah bagian penting dari adat-istiadat. Dan dalam adat-istiadat, konsumsi sopi dibatasi. Tidak minum hinggal mabuk dan melakukan tindakan yang di luar kontrol.
Sopi yang dimanfaatkan untuk adat, sejatinya tidak diminum secara berlebihan. Apalagi hingga mabuk dan muntah. Berikut ini 5 peranan sopi dalam kehidupan masyarakat di NTT, khususnya di Timor bagian barat.
Pertama, Sebagai Pembuka Pembicaraan Penting
Ketika seseorang atau sekelompok orang bertamu dan ingin memulai pembicaraan, maka sebotol sopi akan diletakkan di hadapan tuan rumah. Tuan rumah mengerti, bahwa akan ada pembicaraan penting yang melibatkan kedua belah pihak. Satu botol menandakan bahwa ada niat baik yang ingin disampaikan dalam pertemuan ini.
Tuan rumah lalu menanyakan maksud sebotol sopi tersebut. Dan orang yang dipercaya untuk menjadi juru bicara akan mengutarakan tujuan kedatangan mereka.
Simbol adat yang lengkap biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu meletakkan tempat sirih pinang, lalu sebotol sopi lengkap dengan sumbatnya. Sumbat sopi yang dimaksud biasa berupa uang. Sekarang, kisaran sumbat sopi antara Rp 50.000 -- Rp 100.000. Besarannya tidak ditentukan.
Beberapa hal penting yang biasa dilakukan diantaranya ketuk pintu (masuk untuk meminang anak gadis), menanyakan jumlah mahar/belis, mengutarakan maksud untuk borongan ke rumah ayah, dan keperluan adat lainnya.
Kedua, Sebagai Permintaan Maaf
Sebotol sopi juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk meminta maaf pada seseorang. Misalnya, lupa mengundang saat ada acara di rumah, atau ada selisih paham. Yang merasa bersalah, akan datang membawa sebotol sopi dan meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukan.
Apabila niat baik ini disambut dengan baik pula, maka selesailah persoalan. Tetapi apabila ditolak, maka yang punya niat baik akan pulang sesuai dengan permintaan tuan rumah. Menunggu waktu yang tepat untuk datang dan meminta maaf lagi, dengan sebotol sopi dan mungkin jua bersama juru damai yang biasanya handal dalam urusan perdamaian.
Ketiga, Bagian dari DendaÂ
Denda adat biasanya berupa sopi satu botol dan sejumlah uang, atau ternak, dan kain tenun. Tergantung pada besar kecilnya pelanggaran terhadap aturan yang ada di masyarakat.
Sebotol sopi, tetaplah menjadi bagian penting dalam urusan denda. Dan biasanya sopi yang dimasukkan dalam urusan denda, diminum bersama oleh para tua adat yang hadir dalam pengadilan adat.
Keempat, Sebagai Tanda Damai
Ketika ada dua kubu yang ingin berdamai setelah berselisih paham, maka sopi turut berperan di dalamnya. Biasanya masiing-masing kubu membawa dan meletakkan sebotol sopi di hadapan penengah.
Setelah semua pihak yang bertikai melepaskan unek-uneknya lalu didamaikan oleh penengah alias juru damai, maka tibalah saatnya seluruh hadirin menikmati kedua botol sopi yang diletakkan di hadapan sang penengah tadi. Dan selesailah urusan perkara yang berakhir dengan damai.
Kelima, Pelengkap dalam Perjamuan Bersama
Sopi juga menjadi hidangan pelengkap dalam berbagai perjamuan adat. Kebiasaan makan adat di tempat saya, selalu disuguhkan pula dengan sopi.
Meskipun menjadi bagian dalam perjamuan adat, volume sopi yang dikonsumsi tetaplah dikontrol. Paling tinggi, seseorang mendapatkan bagian sebanyak dua kali. Biasanya diedarkan di dalam gelas takar.
Volume sopi dalam gelas takar, maksimal diisi seperempat. Tujuan dari kehadiran sopi dalam perjamuan adat, adalah sebagai penghormatan. Karenanya, tidak boleh diberikan dalam jumlah yang banyak.
Lalu peserta perjamuan adat yang tidak terbiasa minum sopi atau jenis alkohol lainnya, dapat melewatkan jatahnya pada orang lain. Tidak ada unsur paksaan dalam hal ini.
Uniknya, sopi biasa diedarkan di tengah perjamuan adat. Salah seorang anak muda, bertugas untuk mengedarkannya. Gelas pertama dan terakhir harus menjadi bagian dari petugas pengedar sopi tersebut.
Dalam bahasa daerah setempat kami, gelas pertama dinamakan mapuat atau diterjemahkan secarar bebas sebagai kotoran yang harus dibersihkan. Sementara gelas terakhir disebut dengan haena atau dasar botol yang tidak boleh disajikan. Namun diminum oleh orang yang bertugas sebagai pengedar.
Jika sudah tidak ada lagi edaran sopi, maka pengedar akan menyampaikannya dalam tutur adat setempat. Dan semua orang yang ikut serta dalam perjamuan adat pun tidak akan mengerti.
Overdosis Sopi
Lantas, mengapa ada saja orang yang mabuk dan tidak dapat mengendalikan diri? Sebab, setelah minum adat mereka mencari sopi yang lebih banyak lagi. Duduk melingkar, lalu minum dan minum tanpa terkontrol lagi. Overdosis alias OD.
Akibatnya, muncul persoalan. Alkohol mulai bereaksi. Teman menjadi lawan. Kawan berubah menjadi musuh. Cecok mulut sampai adu fisik. Bahkan ada yang sampai muntah-muntah dan tak sadarkan diri.
Jika sudah demikian maka tentunya banyak yang dirugikan. Selain diri sendiri, keluarga, saudara, dan orang lain ikut dirugikan. Tak hanya berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan peminum. Tetapi telah mengganggu kamtibmas.Â
Karenanya, konsumsi sopi sebaiknya dikurangi bahkan ditiadakan. Semoga banyak orang  tidak akan mengkonsumsi sopi dan jenis alkohol lain di malam tahun baru ini hingga teler.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H