Setiap daerah, memiliki cerita rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi. Pada mulanya, cerita dilakukan dalam bentuk tradisi lisan. Namun kini, legenda-legenda ini mulai didokumentasi berupa cerita tertulis. Cerita rakyat, adalah salah satu kekayaan Nusantara kita yang perlu dilestarikan.
Salah satu cerita rakyat yang masuk dalam muatan lokal SD (PLSBD) adalah cerita tentang Suri Ikun dan Bui Ikun. Cerita ini berasal dari masyarakat Kabupaten Malaka (dahulu, masih bergabung dengan Kabupaten Belu), Â NTT.
Selama ini, cerita rakyat hanya dibaca oleh para siswa di sekolah dalam buku PLSBD. Itu pun sebatas membaca, menceritakan kembali, dan menjawab soal-soal pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada siswa. Proses seperti ini, sering dilaksanakan di sekolah-sekolah, termasuk di SDK Canossa Kupang.
Namun, melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau sering disingkat menjadi P5, siswa-siswi SDK Canossa Kota Kupang mampu menyuguhkan cerita ini dalam bentuk lain.
Berkat bimbingan para guru dan seluruh elemen pendukung, mereka berhasil menampilkan cerita Suri Ikun dan Bui Ikun dalam Drama Musikalisasi. Festival yang melibatkan seluruh elemen kelas 1-6 ini dilakukan pada puncak kegiatan Profil Penguatan Pelajar Pancasila (Sabtu, 17 Desember 2022).
Drama Musikalisasi Suri Ikun dan Bui Ikun
Sore itu. Lampu sorot mulai mengarah ke panggung Aula SDK Canossa yang ditata secara alami. Di sisi kanan, ada gubuk beratapkan daun rumbia/kelapa. Di sisi kiri, beberapa tanaman rakyat NTT turut menghiasi panggung. Di tengah-tengah, terpampang baliho besar bernuansa alami, khas pedesaan.
Diiringi musik khas daerah, seorang siswi naik ke sisi kiri panggung. Membungkukkan badan pada para penonton, lalu mulai berkisah tentang Suri Ikun dan Bui Ikun.
Narator cantik ini, mampu menarasikan seluruh rangkaian kegiatan dengan baik. Intonasi suaranya, cukup membantu penonton untuk terbawa dalam suasana drama musikalisasi ini.
Alur kisah dirangkai dalam kolaborasi seni yang teratur dan apik.  Drama diselingi dengan atraksi seni. Seni bela diri, fashion show, pantomim dan tarian. Acara diawali dengan penampilan seni bela diri yang adalah salah satu kegiatan ekstra kurikuler SDK Canossa Kupang  yang banyak diminati oleh anak-anak.
Cerita pun berlanjut. Bergantian, para pemain drama dan pementasan seni berjalan dengan apik. Penguasaan panggung yang dilakukan oleh anak-anak, patut diapresiasi. Tampil penuh percaya diri,, sesuai dengan apa yang telah dilatih selama ini. Cuma ada satu kata, 'spektakuler' untuk ukuran anak-anak usia SD. Setiap pergantian atraksi seni, selalu diiringi dengan tepuk tangan dan sorak-sorai penonton.
Suri Ikun dan Kisah 7 Bidadari
Jika di Jawa ada cerita tentang Jaka Tarub dan 7 bidadari, maka di Malaka-NTT pun ada kisah tentang Suri Ikun bersama Bui Ikun. Bui Ikun adalah bidadari bungsu dari 7 bidadari yang turun mandi. Ia tak mampu terbang kembali ke khayangan bersama ke-6 kakaknya, lantaran sayapnya diambil dan disembunyikan oleh Suri Ikun saat mereka mandi dan bercengkerama di telaga.
Terpaksalah, ia ditinggal pergi oleh ke-6 saudaranya dengan cucuran air mata dan tangisan kesedihan. Tinggallah Bui Ikun, sang bidadari bungsu yang masih berusaha mencari dan mencari terus sayapnya yang hilang.
Saat itulah, muncul Suri Ikun dari sudut panggung. Menanyakan perihal kegundahan sang putri nan jelita tersebut. Setelah menyampaikan kisah persoalannya, atas bujukan Suri Ikun nan tampan maka bersedialah Bui Ikun mengikutinya untuk menjadi isteri.
Suri Ikun sendiri adalah bungsu dari tiga bersaudara dari orang tua bernama Mau. Putera sulung dan putera kedua, pergi merantau dan mencari jodohnya masing-masing. Â Putera sulung merantau ke Sabu dan menetap di sana. Sedangkan putera tengah memilih untuk merantau di Rote.
Sementara Suri Ikun, tinggal bersama kedua orang tuanya di Belu-Malaka. Konon, persaudaraan mereka tetap terjalin kendatipun terpisahkan oleh jarak, bahkan laut. Dari situlah, dalam berbagai tutur adat, sering disebut, Sabu Mau, Thie Mau, Belu Mau.
Makna Dibalik Musikalisasi Drama Suri Ikun dan Bui Ikun
Suri Ikun dan Bui Ikun, menjadi pilihan bagi siswa-siswi SDK Canossa Kota Kupang untuk dipentaskan dalam drama musikalisasi. Alasannya, selain telah mengetahui alur ceritanya melalui pelajaran PLSBD, cerita ini pun mengajarkan tentang persaudaraan. Sekalipun tiga bersaudara sudah berpisah dan beranak-pinak, mereka tetap merupakan keluarga besar.
Di lain pihak, kisah antara Suri Ikun dan Bui Ikun menimbulkan persoalan manakala mereka telah memiliki dua anak. Karena melanggar kesepakatan, akhirnya Bui Ikun pergi meninggalkan sang suami bersama kedua anaknya.
Berkat penyesalan dan perjuangannya, Suri Ikun akhirnya menemukan kembali isterinya di Khayangan lalu membawa pulang isterinya untuk hidup bersama anak-anak mereka di Rai Belu, Rai Malaka. Pesan moral lain, Bui Ikun yang telah kembali ke Khayangan bersedia untuk meninggalkan segala kemewahan di khayangan. Hidup bersama suami dan kedua anaknya.
Drama Musikalisasi  ala siswa-siswi Canossa Kupang pun berakhir. Suri Ikun dan Bui Ikun hidup dengan bahagia di Rai Belu, Rai Malaka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H