Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Tape Kusangka Ubi Busuk

2 Desember 2022   08:47 Diperbarui: 2 Desember 2022   19:41 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peuyeum gantung asal Jawa Barat yang terkenal (dok foto: outbound-bandung-cileunca.com)

Enaknya, di Bogor banyak senior dan seniorita. Pada baik dan siap menolong. Tak peduli asal mana. Suku apa, agama apa, rambut lurus apa keriting. Siap membantu pokoknya.

Biasanya, kakak-kakak senior setiap provinsi akan nongkrong di depan kampus saat hari pertama penerimaan mahasiswa baru. Cukuplah mereka membentang spanduk nama provinsi, atau kabupaten-kota untuk yang di Jawa, maka para calon mahasiswa baru akan berdatangan ke situ.

Dari situ, saya diberi catatan apa yang bisa saya lakukan jika memerlukan pertolongan. Termasuk memberikan satu alamat, semacam sekretariat mahasiswa di Jalan Riau bernama Marga Putra, dekat terminal Baranang siang. Ternyata dekat pula sama lokasi BPK Baranangsiang.

Datanglah aku ke situ. Pertama kali, bertemu seseorang bernama Ivan asal Malang. Semester 3, lokasi kuliahnya di sekitar Taman Kencana. Kalau ke kampus, naik bemo yang rodanya tiga. Cukup bayar 200 perak.

Tak lama kemudian, bergabunglah Abang Ivo bermarga Purba. Beliau paling senior di situ, status tinggal menunggu pasang toga di kepala. Banyak pula cerita abang ini, tetapi bahasanya aku kurang mengerti. Makhlumlah, logat bahasa Indonesia kami lumayan berbeda. Jadi kudu belajar banyak dan cepat agar bisa beradaptasi.

Diajaknya aku ke Marga Putri yang berada bersebelahan dengan Marga Putra. Sudah pasti, seratus persen penghuninya putri-putri cantik. Ada yang dari Surabaya, Kediri. Tetapi paling banyak dari Flores, NTT.

Tape uli, kuliner khas Betawi (dok foto: travel.tribunnews.com)
Tape uli, kuliner khas Betawi (dok foto: travel.tribunnews.com)

Bertemulah kami dengan seorang seniorita bernama Mbak Tina asal Surabaya. Cantik, ramah, dan suka senyum.

Tak lama kemudian, Mbak Tinanya masuk ke dapur lalu keluar lagi membawa dua gelas teh, dan sepiring ubi. Ayo Goris, diminum ya. Gak perlu malu-malu. Kata mbak Tina sambil meletakkan minuman di atas meja.

Kutengok ubinya, kok beda ya. Seperti sudah tidak bisa dimakan. Lalu sejak ubi itu muncul kok tercium pula bau seperti sopi. Ah, kok dikasih ubi busuk ya, bathinku.

Tak berani pula, aku menyentuh piring berisi tape itu. Sampai akhirnya disuruh sama Abang Ivo. Ayo, makan tapenya. Di Timor kan banyak ubi seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun