Bencana gempa bumi yang tak terduga pada hari Senin (21 November 2022) meninggalkan duka mendalam bagi Indonesia. Â Mari kita tetap mendoakan dan membantu meringankan beban saudara dan sahabat kita di Cianjur dengan cara masing-masing. Membantu secara ikhlas berupa materi atau berdoa untuk meringankan beban saudara dan sahabat kita di sana.
Cianjur adalah ibu kota sekaligus nama salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Bagi kami yang kategori petani, Cianjur sudah kami kenal jauh sebelum mengetahuinya sebagai satu dari ratusan kabupaten yang ada di Indonesia.
Apalagi kalau bukan beras atau padi Cianjur? Sejak kecil, kami sudah tahu bahwa ada padi sawah bernama padi Cianjur. Tetapi tidak tahu, varietas apa yang kami miliki saat itu. Orang tua kami hanya menyebutnya, Cianjur. Jadinya, di sawah kami yang luasnya hanya sekira 0,5 hektar itu ditanami dua jenis padi, Cianjur dan C4.
Belakangan, ketika sudah besar dan merantau ke Jawa Barat, barulah saya mengerti bahwa yang namanya padi Cianjur itu banyak varietasnya. Namun di kalangan petani, termasuk kami yang di kampung waktu itu, hanya menyebutnya sebagai padi Cianjur.
Yang paling populer, adalah Pandan Wangi Cianjur yang menurut informasi umum, beras pandan wangi tidak akan  menghasilkan bau pandan wangi apabila ditanam di luar Cianjur. Ya, seperti ubi Cilembu di Bogor dan ubi Nuabosi di Ende-Flores. Punya ciri khas tersendiri karena lingkungan tumbuhnya yang spesifik.
Lalu, mengapa padi Cianjur bisa ditanam di kampung kami saat itu? Ada jenis padi lokal lain yang sudah ditanam oleh para petani jauh sebelum munculnya varietas pandan wangi itu. Namun, jenis padi tersebut kini menjadi langka.
Dalam satu artikelnya (02/01/2017), media Jawapos.com menyebutkan 6 varietas non pandan wangi yang pernah ditanam di Cianjur. Jenis padinya bernama Cingkrik, Hawar Batu, Rogol,  Merah Jambu, Gebang Ombyok dan Randa Kaya. Namun dalam perkembangannya, menjadi langka karena petani memilih untuk menanam jenis lain, termasuk Pandan Wangi.
Sentra Sawah di Cianjur
Dari web.cianjurkab.go.id, kita dapat mengetahui bahwa Kabupaten Cianjur memiliki luas 361.434,98 ha. Terdiri dari 32 kecamatan dengan Cianjur sebagai ibukota kabupatennya.
Luas sawah terbesar ada pada 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Kadupandak, Pagelaran, Agrabinta dan Cibeber. Dari data Pemda Cianjur tahun 2014, luas lahan sawah di Cianjur mencapai 65.909 ha atau sebesar 18,2 persen luas wilayahnya. Namun mengalami penurunan pada tahun berikutnya, 65.782 ha.
Salah satu kecamatan bernama Warungkondang, bahkan membangun kampung wisata bernama Kampung Budaya Pandan Wangi. Dilansir dari Liputan6.com (25/11/2022), lokasi ini berada tepat di Jalan Jambudipa, Desa Mekarwangi, Kecamatan Warungkondang. Kampung budaya ini memiliki 12 ha luas lahan yang ditanami dengan padi Pandan Wangi.
Dari Cianjur, Beras Pandan Wangi Merambah Nusantara
Produktivitas padi Pandan Wangi berkisar antara 7-8 ton per ha. Bahkan bisa mencapai 10 ton/ha ketika semua faktor, baik internal maupun eksternal berjalan secara baik.
Rata-rata, Pandan Wangi memerlukan waktu 5,5 bulan dari saat tumbuh hingga panen. Setahun, Â dapat dipanen dua kali. Tentunya apabila tidak terkendala dengan sistem irigasi setempat. Namun petani juga perlu melakukan tindakan rotasi tanaman sebagai upaya mengistirahatkan dan memperbaiki lahan, sekaligus memutus mata rantai penyakit tertentu.
Pandan Wangi memang beda harumnya. Tetapi hati-hati, ada wangi KW alias tiruan akibat ulah beberapa pedagang beras yang ingin meraup keuntungan tak wajar dari ketenaran si Pandan Wangi ini. Belum lagi munculnya isu beras plastik yang sempat viral beberapa waktu lalu.
Sebagai konsumen, sudah tentu harus berhati-hati agar tidak tertipu dengan KW dan plastik. Liputan6.com (25.11.2022) Â merilis 4 tips bagi konsumen agar tidak tertipu.
Pertama, konsumen perlu mengamati bentuk dan tampilan berasnya. Beras Pandan Wangi asli memiliki guratan dari bekas sekam dan berbentuk bulat.
Kedua, terkait dengan warna beras. Bulir beras asli berwarna putih pada ujung-ujungnya. Warna tersebut merupakan zat kapur yang mengandung karbohidrat. Ini tidak ditemukan pada beras plastik.
Ketiga, perhatikan saat mencuci atau merendam beras. Beras asli, tetap akan berwarna putih dan menyatu dengan air. Sementara yang plastik tidak demikian.
Keempat, mengamati sifat alami beras. Cobalah meletakkan segenggang beras pada kertas dan perhatikan. Beras asli akan ada patahannya. Sementara yang plastik tidak natural, akan berbentuk lengkung dan tidak ada patahannya.
Beras Cianjur, utamanya Pandan Wangi kini dapat dinikmati oleh seluruh penduduk Nusantara. Tentunya berkat para petani Cianjur yang tetap konsisten untuk bertanam dengan orientasi bisnis.
Tak elok pula apabila mengabaikan unsur lain. Ada Pemda setempat yang menjadikan Pandan Wangi sebagai padi unggulan dan diakui sebagai VUTW. Dan Balai Benih Padi Cianjur yang tetap berupaya untuk menjaga kemurnian varietas ini agar tidak tercampur dengan varietas lain yang ditanam berdekatan.
Dari Cianjur, beras Pandan Wangi merambah Nusantara. Kita dapat menikmati pulennya nasi sambil menghirup aroma Pandan Wanginya. Selamat menikmati, sumbangan petani Cianjur untuk penduduk Nusantara.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H