Salah satu kecamatan bernama Warungkondang, bahkan membangun kampung wisata bernama Kampung Budaya Pandan Wangi. Dilansir dari Liputan6.com (25/11/2022), lokasi ini berada tepat di Jalan Jambudipa, Desa Mekarwangi, Kecamatan Warungkondang. Kampung budaya ini memiliki 12 ha luas lahan yang ditanami dengan padi Pandan Wangi.
Dari Cianjur, Beras Pandan Wangi Merambah Nusantara
Produktivitas padi Pandan Wangi berkisar antara 7-8 ton per ha. Bahkan bisa mencapai 10 ton/ha ketika semua faktor, baik internal maupun eksternal berjalan secara baik.
Rata-rata, Pandan Wangi memerlukan waktu 5,5 bulan dari saat tumbuh hingga panen. Setahun, Â dapat dipanen dua kali. Tentunya apabila tidak terkendala dengan sistem irigasi setempat. Namun petani juga perlu melakukan tindakan rotasi tanaman sebagai upaya mengistirahatkan dan memperbaiki lahan, sekaligus memutus mata rantai penyakit tertentu.
Pandan Wangi memang beda harumnya. Tetapi hati-hati, ada wangi KW alias tiruan akibat ulah beberapa pedagang beras yang ingin meraup keuntungan tak wajar dari ketenaran si Pandan Wangi ini. Belum lagi munculnya isu beras plastik yang sempat viral beberapa waktu lalu.
Sebagai konsumen, sudah tentu harus berhati-hati agar tidak tertipu dengan KW dan plastik. Liputan6.com (25.11.2022) Â merilis 4 tips bagi konsumen agar tidak tertipu.
Pertama, konsumen perlu mengamati bentuk dan tampilan berasnya. Beras Pandan Wangi asli memiliki guratan dari bekas sekam dan berbentuk bulat.
Kedua, terkait dengan warna beras. Bulir beras asli berwarna putih pada ujung-ujungnya. Warna tersebut merupakan zat kapur yang mengandung karbohidrat. Ini tidak ditemukan pada beras plastik.
Ketiga, perhatikan saat mencuci atau merendam beras. Beras asli, tetap akan berwarna putih dan menyatu dengan air. Sementara yang plastik tidak demikian.
Keempat, mengamati sifat alami beras. Cobalah meletakkan segenggang beras pada kertas dan perhatikan. Beras asli akan ada patahannya. Sementara yang plastik tidak natural, akan berbentuk lengkung dan tidak ada patahannya.