Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Transformasi Diri, Kado dari Sang Maestro

20 November 2022   11:46 Diperbarui: 20 November 2022   13:17 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi suara hati menegur, sabar. Transformasi diri tak bisa Anda lakukan dalam hitungan menit. Reaktif pula. Tetapi itu adalah pergumulan hidup Anda. Lakukan refleksi terlebih dahulu. Endapkan dulu dalam bathinmu, semua pergumulan hidup yang telah Anda lewati. Ada sedih dan gembira. Ada kegagalan dan keberhasilan.

Lalu, apakah yang membuatmu bertahan hingga kini? Terdengar lagi suara hatiku. Ah aku tak tahu, bathinku. Berikanlah aku waktu. Aku akan menjawab semuanya. Yang pasti, saat ini aku hanya ingin hidup bahagia. Bersama keluarga kecilku, isteri dan anak-anak. Juga berguna bagi sesama, terutama dalam lingkup keluarga besar dan lingkungan sekitar.

Tak sadar, kubuka lembaran kedua. Tulisannya suda lebih ramai. Selain kata Transformasi Diri, ada tambahan satu baris di bawahnya, Dalam Mengarungi Samudra Kehidupan.

Kucari lembaran motto hidup Sang Maestro. Ternyata ada di halaman viii. "Sebuah Perahu Aman Bila di Darmaga, Akan tetapi Pasti Bukan untuk Itulah Perahu Dibuat". Lengkap dengan latar belakang perahu tertambat di darmaga.

Setiap pribadi punya motto yang menjadi spriti hidupnya (dok pribadi)
Setiap pribadi punya motto yang menjadi spriti hidupnya (dok pribadi)

Pagi ini, baru berani menuliskan ungkapan hati kepada Sang Maestro, Tjiptadinata Effendi. Yang pasti, bukan bagian dari memuja berlebihan. Hanya mengucapkan terima kasih, bisa menjadi bagian yang sedikit mengetahui perjalanan hidup Sang Maestro. Baik melalui Kompasiana, maupun lewat buku ini.

Tentunya, termotivasi agar dapat meningkat kualitas hidup secara terus-menerus. Umur, hanyalah deretan pertambahan angka. Sementara semangat, tidak akan pernah pudar, tetap tinggal bersama pribadi yang selalu bersemangat. Ketika gagal, bangkit lagi. Saat jatuh, bangun kembali.

Luar biasa. Usia 79 tahun rasa 39 tahun ya Pak Tjip. Salut untuk pengalaman hidupnya, dan terima kasih telah membaginya secara cuma-cuma. Mengirimkannya hingga rumah. Sekali lagi, Terima kasih Pak Tjip.

Teriring doa untuk Pak Tjip dan Ibu Roselina. Panjang umur, sehat selalu dan semoga karya-karyanya tetap berjalan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun