Lagi-lagi, tepuk tangan para undangan pun bergema seiring berakhirnya irama musik. Ada rasa bangga, puluhan anak usia 5-6 tahun itu melakukan gerakan dengan kompak dan rapi.
Kita pelajar Pancasila; Kita bernafas dalam sila-silanya. Kita pelajar Pancasila; Ayo kita jaga untuk Indonesia (Kikan dan Eka Gustiwana).
Suster Selly Mones, FdCC selaku Kepala TKK Canossa Kupang menyampaikan beberapa hal terkait pemilihan tema dan topik untuk kegiatan perdana ini. Pemakaian busana daerah NTT diakui sebagai salah satu dari beberapa upaya sekolah Canossa mendukung budaya dan kearifan lokal yang hidup di NTT.
Dalam hal ini, sekolah membebaskan siswanya untuk mennggunakan busana asalnya. Flores, Sumba, Timor, Alor, Rote, Sabu, Solor. Juga siswa yang berasl dari Pulau Jawa atau Bali, dipersilakan menggunakan busana asalnya. Jadilah, aneka busana daerah berpadu dalam keserasian. Bhinneka Tunggal Ika.
Bersatu dalam perbedaan; Berpegang tangan dan berlari. Singkirkan egomu oh kawan; Demi negeri ini (Kikan dan Eka Gustiwana).
Sementara dalam sambutannya, Kadis PPO Kota Kupang menyatakan rasa bangga dan terharunya atas kinerja yang ditunjukkan oleh sekolah Canossa. Salah satu momen paling menarik adalah saat Kadis menantang siswa TKK Canossa untuk menjelaskan, apa saja fungsi lontar.
Tiga orang berani maju dan menjelaskan secara lengkap tentang manfaat lontar. Dua siswa mennjelaskan cara membuat kue bolu dari buah saboak. Lengkap dengan alat, bahan, dan prosedur membuat hingga menyajikannya. Satu siswa menjelaskan, bagaimana membuat gula lempeng dari air nira si pohon lontar.
Penjelasan ketiga anak tersebut sangat memuaskan. Sebagai motivasi, Pak Kadis berkenan memberikan hadiah bagi mereka.
Jadilah generasi emas; Cerdas berkarakter itu kita. Berjuang dan harus berani; Kita terus torehkan prestasi (Kikan dan Eka Gustiwana).