Bagi yang suka mencoba hal baru dan alami, terutama di pelosok, maka bolehlah mencoba ini. Makan jagung muda plus luat Timor sambil melakukan perjalanan darat dari Kota Kupang ke Atambua. Dijamin sekalipun sederhana, akan ada banyak kisah menarik yang tak membosankan sepanjang perjalanan.
Timor, adalah salah satu pulau yang kini dimiliki oleh dua negara. Bagian barat, milik Indonesia. Terdiri dari 5 Kabupaten (Belu, Malaka, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Kupang) dan Kota Kupang yang merupakan ibukota Provinsi NTT.
 Sementara bagian timurnya merupakan negara Timor Leste dengan ibukota Dili. Kota Dili dan kota lainnya di Timor Leste, semuanya dapat diakses melalui perjalanan darat dari Kota Kupang dan sekitarnya, kecuali Pulau Atauru.
Jalan raya yang menghubungi kota-kota kabupaten di Timor Barat (Kota Kupang-Oelamasi-Soe-Kefa-Atambua) dinamakan jalan Nasional Trans Timor atau Timor Raya.Â
Jarak Kota Kupang dengan Kota Atambua, ibukota Kabupaten Belu adalah 274,7 km via jalan trans Timor. Dapat ditempuh dalam waktu sekira 6 jam.
Selain pemandangan alam khas Timor, gersang di musim kemarau dan hijau di musim penghujan, Â para pecinta perjalanan darat dapat membeli beberapa jenis makanan tradisional ala pinggir jalan.Â
Makanan khas tersebut dapat diperoleh di lapak-lapak sederhana, diasong, atau kombinasi keduanya, punya lapak sederhana berupa bale-bale plus diasong menyambut setiap bus atau kendaraan pribadi yang berhenti.
Beberapa makanan khas pinggir jalan yang ditemui diantaranya aneka kue cucur, kue tali perut dan jagung muda di Oesao, Kabupaten Kupang. Untuk jagung muda, ada dua lokasi yaitu Oesao, Kabupaten Kupang dan Motamaro, Kabupaten Belu.
Selain kue dan jagung, ada juga keripik pisang, kacang goreng, jagung goreng, dan telur rebus. Biasanya diasong oleh anak-anak. Mereka berdagang di Batu Putih, ujung jembatan Noelmina yang masuk wilayah adminsitratif TTS dan Kota Soe.
Sementara hasil pertanian lainnya, dapat kita jumpai dijajakan sepanjang pinggir jalan Nasional Trans Timor. Mereka menyimpannya di depan rumah. Digantung atau ditata di bale-bale. Jenis produknya pun sesuai musim.
Penjual Jagung di Motamaro
Lapak penjual jagung muda di daerah Motamaro, Kabupaten Belu adalah salah satu dari dua lokasi yang menjual jagung muda sepanjang musim. Satunya lagi di Oesao, Kabupaten Kupang.
Ada dua jenis jagung yang dijual di sini. Jagung matang yang direbus bersama dengan klobotnya dan jagung yang belum direbus. Para pembeli dapat memilih, apakah membeli jagung matang, jagung mentah, atau keduanya.
Jika di Oesao, banyak sekali penjual maka lapak-lapak di Motamora yang biasanya aktif jualan jumlahnya antara 6 hingga 10 lapak. Para penjual jagung muda di Motamaro, adalah keluarga.
Biasanya, penjual utamanya ibu, dibantu oleh anak-anaknya yang masih sekolah. Anak-anak ini tidak bermain selepas sekolah, tetapi membantu berjualan untuk mendapatkan uang bagi kebutuhan hidup rumah tangga mereka.
Jagung rebus siap makan dan jagung mentah dikenakan harga yang  sama, Rp 10.000 per 3 tongkol atau Rp 4.000 per tongkol. Jagung muda ini, dapat dimakan di tempat di dalam saung-saung sederhana milik mereka. Teman makan jagung muda, adalah luat Timor.
Luat Timor, adalah sambal mentah khas Timor. Merupakan campuran cabe, garam, irisan jeruk nipis, daun jeruk, sipa yang harum atau kemangi. Ada juga yang menambahkan irisan bawang di dalamnya.
Jadilah, makan jagung muda di pinggir jalan, sambil melihat petani-petani menanam sawah, atau memanen padinya. Tergantung musim. Bahkan, kadang kita hanya melihat hanparan sawah yang tengah diberakan, menanti musim tanam berikutnya.
Mari Membeli Jualan Mereka
Mama Yakomina Ikun, adalah salah seorang petani perempuan yang menjual jagung di Motamaro. Janda ini menggantungkan diri pada berjualan jagung saja sejak suaminya meninggal 8 tahun yang lalu.
Saat ini, ia membeli jagung muda mentah dengan harga Rp 10.000 per 5 tongkol, atau setiap tongkol ia beli dengan harga Rp 2.000.Â
Dengan demikian, apabila sehari ia mampu menjual 100 tongkol, maka ia bisa mendapatkan keuntungan kotor sekitar Rp 150.000 -- Rp 200.000.
Itu semua belum dikurangi dengan biaya lain-lain seperti bahan membuat luat Timor, dan perhitungan biaya untuk tenaga kerja (mengangkut jagung, mengangkut air, mencari dan mengangkut kayu. Termasuk biaya tetap seperti periuk, baskom, dsb).
Perhitungan mereka sangatlah sederhana dan tidak mau memasukkan biaya tenaga kerja ke dalamnya. Sebab prinsip mereka, memang itu adalah pekerjaan mereka.
Dengan berjualan jagung, mama Yakomina mampu menyekolahkan dua anaknya, di SMA kelas 2 dan SMP kelas 1.Â
Mengumpulkan lima ratus perak atau seribu rupiah, itu sangat berarti bagi mereka para penjual jagung di Motamora.Karenanya, jika punya kesempatan belilah pada mereka. Beberapa rupiah, bisa membantu mereka mendapatkan sedikit keuntungan.
"Inilah kami. Kami tidak pernah malu untuk berjuang memenuhi kebutuhan hidup kami. Yang penting, kami tidak mencuri atau menipu orang lain," Kata Mama Yakomina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H