Ia akan komplain dan menunjukkan ekspresi ketidaksukaan, kadang sedikit disisipi mimik 'mengejek' jikalau dihidangkan buah-buahan impor padanya.Â
"Saya heran Greg, you punya buah baaaanyak sekali. Rasanya juga e...nak sekali. Tetapi kenapa kamu orang di sini cari yang impor?" Demikian celotehnya.
Sebagai orang yang melakoni kegiatan bertani, beternak dan memelihara ikan dengan tujuan swasembada pangan komunitas, saya selalu menjadi sasaran tembak.
Lalu Ke Mana Buah Lokal Kita?
Buah lokal kita masih ada. Sering dijual berdampingan dengan buah impor. Bahkan pada waktu tertentu, jenis buah tertentu meruah dan dijual dengan harga yang murah sekali.
Ada beberapa faktor, yang menyebabkan konsumen memilih untuk membeli buah impor ketimbang buah lokal kita. Setidaknya, 5 hal berikut berkaitan dengan membanjirnya buah impor hingga ke lapak-lapak pinggir jalan.
Pertama, terkait perdagangan bebas
Membanjirnya buah-buahan impor hingga pinggir jalan, memang tak bisa disalahkan dengan dalih melindungi buah lokal kita. Come on, ekonomi global tak mampu menahan aliran barang dari berbagai belahan dunia lain. Proteksi tak mempan lagi. Lebih banyak pada tataran kebijkan yang sekedar basa-basi dalam dokumen.
Konsekuensi dari perdagangan bebas adalah tidak boleh ada diskriminasi antara produk impor dan ekspor. Yang menentukan adalah pembeli, bagaimana menjatuhkan pilihannya pada produk yang ia butuh atau sukai.
Kedua, terkait dengan musim