Pengerjaan sawah di Biboki, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT lumayan banyak memerlukan biaya. Pengeluaran tersebut sudah harus dikeluarkan sejak dini. Diantaranya untuk biaya traktor lahan, pembelian benih padi, biaya penanaman, pembelian pupuk, pestisida, hingga panen dan pengakutan gabah ke rumah.
Tingkat penjualan gabah model ini pun dilakukan dalam rentang waktu dan harga yang berbeda-beda. Harga paling murah dijual saat persiapan lahan. Alasannya, petani membutuhkan modal berupa uang kas untuk membayar traktor,membeli benih dan pupuk.
Gabah kering panen saat pengolahan lahan biasanya dihargai sekitar Rp 1.000 per kg. Jadi bisa dibayangkan, satu kwintal gabah padi hanya dihargai dengan Rp 100.000. Namun beberapa petani terpaksa menempuh hal tersebut karena memerlukan biaya untuk pengolahan lahan sawahnya.
Sedikit lebih baik, jika hasil gabah dijual saat hampir panen. Kisaran gabah kering panen tersebut antara Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kg. Tergantung negosiasi antara pembeli dan petani.
Petani Jeruk di TTS, NTT
Lain lagi kasus yang pernah kami temui di pinggir jalan trans Timor Raya, tepatnya di antara Niki-Niki dan Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT.
Seorang petani jeruk Soe, tidak mau menjual jeruk keprok Soe nya yang sudah matang pohon kepada kami. Alasannya, seluruh buah jeruk yang ada pada pohon itu telah diborong oleh seseorang. Mereka telah menerima sejumlah uang dari yang bersangkutan.
Jadi saat itu, si petani hanya memiliki pohon jeruknya. Sementara, buahnya sudah dimiliki orang lain. Mereka, hanya menjadi pengawas dan perawat sampai pembeli datang, memanen, dan membawa pulang jeruk-jeruk itu.
Petani Kopi di Bukit Jambi, Lampung
Selain gabah padi dan buah jeruk di NTT, ada satu kasus lagi yang saya temukan di lapangan. Kali ini, terkait dengan petani kopi di Bukit Jambi, Way Kanan, Lampung.
Tahun 2022 ini, penjualan kopi secara borongan saat buah kopi masih hijau cukup meningkat. Tidak dijual dalam berat buah kopi per kilogram, tetapi borongan dalam satu kapling kebun kopi.
Harga tentunya saja tergantung pada negosiasi dan kesepakatan antara pemborong dengan petani kopi. Namun tentu saja harganya jauh di bawah harga saat panen.