Pinang dan sirih atau dalam bahasa dawan disebut dengan puah nok manus, biasanya digunakan dalam upacara-upacara adat di Timor. Disajikan dalam tempat khusus saat melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang, atau kekuatan gaib yang dinamakan sebagai mis'okan atau sesuatu yang memiliki kekuatan dan tidak kelihatan.
Puah nok manus, juga disajikan pada kuburan leluhur yang sudah meninggal. Karenanya, setiap kuburan selalu ada pinang dan sirih yang diletakkan di atas pusara, lalu ditindih dengan menggunakan satu batu plat yang disebut dengan fatu beuk mamat. Atau batu penutup sirih pinang, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Selain berkaitan dengan sesajian kepada leluhur dan alam gaib, sirih dan pinang juga digunakan sebagai pembuka suatu pembicaraan adat dengan orang atau kelompok lain. Juga sebagai salah satu bagian dari hantaran pengantin laki-laki kepada keluraga mempelai perempuan.
Sirih pinang ini, diletakkan pada tempat sirih khusus. Sirih dan pinang yang dibawa oleh seorang pria biasa diisi dalam ti'o dan untuk wanita diisi dalam kabi. Ti'o semacam tas kecil, dan kabi seperti piring duduk. Keduanya dianyam dari daun lontar. Ada juga yang terbuat dari perak yang merupakan warisan turun-temurun.
Sirih dan pinang, menjadi alat pergaulan bagi masyarakat suku Timor. Ketika bertamu ke rumah teman, maka yang disuguhkan adalah sirih pinang, plus kapur sirihnya. Karenanya, benda-benda ini selalu ada di rumah.
Selain itu, ketika bertemu dengan sahabat di tengah jalan, mereka akan saling menyapa dan seringkali saling mengajak untuk duduk dan makan sirih pinang dahulu. Biasanya, mereka saling memberi dari milik mereka, lalu bicara ala kadarnya lalu melanjutkan perjalanan.
Obat Herbal
Selain sebagai sarana pelancar pergaulan dan berperan dalam upacara-upacara adat di Timor, sirih juga telah lama digunakan sebagai obat herbal tradisional.
Daun sirih, misalnya juga telah dimanfaatkan dalam praktik pengobatan tradisional. Ketika batuk dan demam, penduduk biasanya mengunyah daun sirih.