Selain memelihara sapi sebagai investasi pendidikan jangka menengah, ada pula investasi lain. Memanfaatkan lahank kosong yang kurang produktif untuk bertanam jati super.
Pilihan jati super, karena sudah terbukti bahwa jati-jati yang ditanam sepanjang daratan Timor Barat, kini sedang dipanen dan harganya pun terbilang mahal.
Di desa, satu pohon jati dihargai dengan Rp 500.000,- yang mana si pemilik tidak perlu bercapek ria untuk menebang pohon tersebut. Sebab, sudah ada pemborong yang datang dan membeli langsung di kebun kita.
Dengan jarak tanam 2x2 meter, kita dapat menanam 2.500 pohon jati pada lahan seluas 1 hektar. Taruhlh lahan kita hanya seluas 0,5 Ha dengan jumlah pohon yang bisa dipanen sebanyak 1.000 pohon. Maka pada saat panen, yang bersangkutan akan mendapatkan uang sebesar Rp 500.000 x 1.000 pohon sama dengan Rp 500.000.000,-
Di Timor, rata-rata umur panen jati super itu 10-12 tahun. Dengan demikian, saat anak masuk kelas 1 SD, maka kita yang tinggal di desa dan memiliki lahan kosong, sudah bisa menanam jati. Tentu saja dengan tujuan sebagai investasi pendidikan anak kita di Perguruan Tinggi.
Memang, tidaklah akan mencukupi tetapi sangat membantu. Pengalaman bapak saya, menjadi inspirasi kami untuk memelihara sapi dan bertanam jati di kampung.
Jadi, investasi untuk pendidikan anak-anak kita, tak hanya dilakukan dengan menabung sejumlah besar uang di bank. Tetapi dapat juga diinvestasikan melalui ternak sapi dan bertanam jati.
Banyak jalan menuju Roma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H