Di desa, umumnya masyarakat masih memiliki lahan kosong. Termasuk lahan-lahan komunal. Daripada dibiarkan menjadi lahan kosong dan hanya ditumbuhi ilalang dan semak belukar, lebih baik diolah. Dimanfaatkan untuk bertanam.
Berikut, dua jenis investasi yang pernah dilakukan oleh orangtua kami di kampung. Sebagai Guru SD dengan 10 anak, sulit sekali untuk menggunakan gaji bagi kebutuhan hidup sehari-hari.
Apalagi menyekolahkan anak-anaknya hingga ke level Perguruan Tinggi. Gaji Bapak saya, juga tidak cukup untuk makan dan minum keluarga kami sehari-hari.
Beruntunglah, ada sawah dan ladang. Juga ternak sapi. Hasil sawah dan ladang inilah yang kami makan sehari-hari. Tak kekurangan pangan utama, sayuran, ikan mujair, dan kadang-kadang memotong ayam.
Dengan ternak sapi dan bertanam jati, beliau bisa berhasil menyekolahkan 8 anaknya hingga level Diploma dan strata 1 dan 2 orang tamat SMA.
Sapi, Investasi Jangka Menengah
Lalu, bagaimana kami disekolahkan? Bapak melakukan dua hal. Yang pertama, beternak sapi. Memelihara sapi secara tradisional. Dilepas di padang rumput dan seminggu sekali sapi-sapi tersebut dicari dan dimasukkan ke dalam kandang selama satu hari dan satu malam.
Sapi jantan yang sudah berumur dua tahun, akan diikat dan digemukkan untuk dijual. Sementara sapi betina tidak boleh diikat untuk dijual. Maksudnya, agar sapi-sapi ini berkembang biak.
Melihat umur sapi jantan, biasanya dijual saat sapi tersebut berusia 2 hingga 4 tahun. Jadi selama masa itu, sapi-sapi jantan tersebut akan digemukkan hingga tiba saatnya untuk ditimbang.
Per Juli 2022, harga sapi jantan hidup di Timor Barat sekira Rp 36.500,-. Jika harga sapi jantan yang sudah digemukkan mencapai 250kg, maka seseorang akan mendapatkan Rp 9.125.000 atau pendapatan bersih sekitar Rp 8.500.000,-.
Apabila seseorang memiliki 10 ekor sapi jantan dengan rerata seperti di atas, maka ia akan mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp 85.000.000,-. Tentu saja, dengan catatan keluarga sendiri yang memelihara sapi-sapi tersebut.