Selama duduk di bangku  TK A, anak saya memberikan 3 kali hadiah bagi ibu gurunya. Hadiah pertama, pada saat natal bersama. Selain tukar kado dengan teman-teman, tak lupa Ia memberikan hadiah spesial bagi wali kelasnya berupa tas kecil bermotif tapis, kain sulam tangan khas Lampung. Hadiah kedua, surprise kue ulang tahun lucu saat wali kelasnya berulang tahun. Dan hadiah ketiga, saat menerima laporan hasil belajarnya pada Juni 2022. Hadiahnya sebungkus kopi Lampung dan selembar selendang tenun khas Biboki, NTT.Â
Dan, seulas senyum pun diberikan oleh ibu gurunya. Senyum yang tulus. Padahal, nilainya tak seberapa jika diuangkan. Di balik senyumnya, ada air mata bahagia bercampur haru. Sebab, anak didiknya bakal berpindah ke kelas TK B pada tahun ajaran baru ini. Dan sang guru, akan mendapatkan murid baru lagi, siswa TK A.
Hadiah untuk Guru, mengapa tidak?
Buat kami, memberikan hadiah bagi gurunya anak-anak adalah hal yang biasa-biasa saja. Sama seperti ketika kita memberikan hadiah bagi anggota keluarga, sahabat atau kenalan.Â
Yang penting, hadiah diberikan secara tulus. Tidak mengharapkan balas jasa sang guru yang sifatnya instant. Tidak bermaksud untuk membuat guru me-mark up nilai anak didiknya. Tak bermaksud pula agar guru mengistimewakan anak kita daripada anak didiknya yang lain. Biarkanlah, guru berlaku adil kepada semua siswa, termasuk menegur dan 'menghukum' anak didik dengan bijak ketika siswa melakukan kesalahan.Â
Lalu, hadiah seperti apa yang pantas bagi gurunya anak-anak?Â
Setiap kali akan memberikan hadiah pada seseorang, seringkali kita berpikir kira-kira hadiah apa yang pantas dan penerima hadiah merasa senang menerimanya? Demikian juga, ketika hendak memberikan hadiah bagi gurunya anak-anak. Tak perlu pusing-pusing. Hadiah yang mahal-mahal, bukanlah jaminan seseorang menjadi bahagia. Anak-anak kita, bisa menjadi sumber informasi bagi kita.Â
Anak saya yang masih TK A pun bisa memberi inspirasi, hadiah apa yang dapat diberikan pada gurunya. Seringkali Ia bercerita, tentang pakaian yang dikenakan oleh gurunya. Model tas, sarung HP dan lainnya. Ia juga dapat menyebutkan dengan baik, warna kesukaan sang guru.Â
Dari diskusi-diskusi ini, lalu orang tua dapat memberikan hadiah pada gurunya anak-anak. Saya lebih suka menitipkan lewat anak, biar mereka belajar untuk memberi kepada orang lain, termasuk kepada gurunya.Â
Dari sini, anak belajar bahwa dalam hidup ini kita akan mengalami dua hal ini, memberi dan menerima. Kebiasaan untuk memberi dan menerima, juga dibudayakan di sekolahnya. Saat menerima, anak harus mengucapkan kata terima kasih.Â
Kadang lucu. Ketika anak saya memiliki dua permen, ia akan berlari-lari dan memberikan satu permen kepada ibu gurunya, lalu mengajak ibu guru membuka bungkus permen dan memakannya sambil bercerita. Selang beberapa hari, gurunya akan membalas kebaikannya. Mengajak bercerita, sambil memberinya sebuah permen. Ketika pulang rumah, anak saya akan menceritakan kebaikan-kebaikan gurunya.Â
"Tadi Tito dikasih permen sama ibu Guru. Tito senang sekali. Dan ibu gurunya baik sekali sama Tito. Ibu Guru juga kasih permen ke Tito punya kawan," celoteh si kecil.
Dari anak yang masih TK A ini, kami orang tua pun belajar untuk memiliki hati yang tulus ketika memberikan sesuatu. Tanpa pamrih, tidak mengharapkan balas jasa. Apalagi berharap agar nilai akademik anak-anak kita di-mark up melebihi hasil yang diperolehnya, dinaikkan ke kelas berikutnya atau diluluskan. Jangan sampai, hadiah yang kita berikan terindikasi sebagai suap.Â
Hadiah untuk Guru merupakan salah satu cara mengucapkan terima kasih.Â
Banyak cara untuk mengucapkan terima kasih kepada guru. Hal utama yang dilakukan sebagai orang tua adalah membimbing anak untuk belajar dengan teratur di rumah. Anak kami yang masih TK, belum mandiri dalam hal belajar dan melakukan kegiatan-kegiatan lain. Karenanya, selain belajar secara teratur, anak juga didampingi untuk mengerjakan tugas dari guru sehingga ia terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah.Â
Selain membimbing anak di rumah, kami sebagai orang tua juga membangun komunikasi yang baik dengan guru kelasnya. Menginformasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi di rumah, atau sebaliknya guru kelas menyampaikan kendala yang dihadapi oleh anak di sekolah. Di sini terjadi pertukaran informasi tekait dengan tumbuh kembang anak, baik di rumah maupun di sekolah.
Tidak memberikan hadiah pada guru juga tidak apa-apa. Guru yang baik, tidak mengharapkan hadiah. Mereka mendidik anak untuk ikut menyiapkan masa depan anak-anak kita. Mereka kelak akan menjadi begitu bangga, ketika mendengar atau menyaksikan bahwa anak yang dididik di sekolah telah menjadi orang yang sukses.Â
Namun memberi hadiah pada guru juga tidak dilarang. Sebagai salah satu tanda ucapan terima kasih kita kepada para guru yang telah mendidik anak-anak kita. Ikut membentuk karakter anak-anak dalam perjalanan hidup mereka.Â
Terima kasih guru, terima kasih pendidik. Tuhan memberkati setiap langkahmu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI