Penggunaan mulsa organik atau mulsa plastik, merupakan pilihan setiap petani. Namun perlu juga mempertimbangkan beberapa kelemahan dari masing-masing mulsa tersebut.
Mulsa organik bisa diperoleh di alam. Jerami, alang-alang, dan dedaunan. Hanya saja, di tempat lain bahan-bahan ini sulit diperoleh dan membutuhkan banyak bahan baku.Â
Di sisi lain, mulsa organik juga menjadi vektor bagi penyakit dan hama tertentu yang dapat menyerang tanaman.
Perihal mulsa plastik, sering digunakan untuk tanaman hortikultur semisal cabai, tomat, melon, atau kol.Â
Terdapat beberapa jenis mulsa plastik, namun yang sering kami gunakan adalah mulsa plastik hitam perak. Mulsa ini terdiri dari dua sisi yang berbeda warna. Satu sisi berwarna perak, sisi lainnya berwarna hitam.
Saat pemasangan, warna perak menghadap ke atas dan warna hitam ke bawah. Warna perak berfungsi untuk memantulkan sinar matahari dan membuat silau beberapa hama yang mencoba untuk mendekat.
Hama-hama berupa ulat atau thrips yang suka berlindung di bawah daun tanaman juga tidak akan datang karena pantulan cahaya. Warna hitam yang menghadap di bawah tanah, akan menekan gulma dan mempertahankan kelembaban.
Kelemahan mulsa ini, dari segi biaya. Saat ini, kisaran harga antara Rp 750.000 hingga Rp 1.200.000 per roll. Dan seringkali hanya dipakai satu kali saja karena perlakuan yang kurang hati-hati. Tetapi jika diperlakukan dengan baik, maka mulsa plastik ini bisa digunakan ulang dua hingga tiga kali.
Mulsa organik atau mulsa plastik sama-sama memiliki kelebihan dan kelemahan. Pilihan ada pada petani, mulsa mana yang akan digunakannya dalam melakukan kegiatan budidaya pertaniannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H