Selain nasi kacang, setiap keluarga biasanya membawa seekor atau lebih ayam untuk dipersembahkan kepada sang Pencipta, juga kepada leluhur mereka.  Tetapi itu semua hanya lambang. Daging-daging ini, akan dibagi-bagi oleh penjaga rumah adat kepada keluarga yang datang untuk makan bersama dalam tradisi Tah Fe'u ini.Â
Makna Yang Terkandung di Dalam Tah Fe'u
Hingga kini, tradisi-tradisi ini masih dipertahankan oleh petani di kampung kami. Jika belum ada acara Tah Fe'u, maka jangan berharap untuk mengolah dan memakan hasil panen tersebut. Sebab menurut adat kami, hasil panen harus dipersembahkan terlebih dahulu kepada Sang Pencipta dan leluhur.Â
Ini dilakukan sebagai ucapan syukur atas hasil panen yang telah diperoleh dalam tahun ini. Juga memohon, kiranya hasil panen ini dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga sampai tiba musim panen berikutnya.Â
Jika melanggarnya, maka diyakini akan mengalami kesialan dalam hidup. Di antaranya, hasil panen berkurang atau tidak ada di tahun berikutnya. Juga ternak sapi milik yang bersangkutan bisa memasuki kebun orang lain, lalu merusak dan memakannya. Akibatnya, pemilik sapi harus mengganti rugi. Orang yang melanggar tradisi ini, juga dianggap tidak tahu adat.Â
Demikian salah satu tradisi yang masih terpelihara dengan baik di kampung kami, Biboki. Tentang tradisi mengucap syukur atas hasil panen yang baru.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H