Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

SLBN Baradatu: Membangun Ketrampilan ABK Menuju Kemandirian Hidup

5 Juni 2022   16:52 Diperbarui: 8 Juni 2022   19:00 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inilah para pendamping ABK SLBN Baradatu dipimpin oleh Kasek Wasthofah, M.Pd.I. dok pribadi

Salah satu sekolah yang cukup menarik perhatian masyarakat di Kabupaten Way Kanan, Lampung adalah Sekolah Luar Biasa Negeri Baradatu. Lebih dikenal dengan SLB Baradatu.

Sekolah ini berlokasi di Kampung Tiuh Balak, Kecamatan Baradatu. Letak sekolah berada di sekitar pemukiman masyarakat. Namun anak didiknya tidak hanya berasal dari lingkungan sekitar.

Komplek SLBN Baradatu dibangun pada lahan seluas lebih kurang 1 hektare. Selain memiliki ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, mushala dan taman, sekolah ini juga memiliki asrama. Sayangnya, asrama tidak digunakan.

Berdiri pada tahun 2006 dan mulai beroperasi pada tahun 2007. Menjadi satu-satunya SLB berstatus negeri di Kabupaten Way Kanan. Siswa didiknya mulai dari umur SD, SMP hinggal SMA.

Beberapa bangunan gedung sekolah ini dalam kondisi rusak. Terutama atap dan plafon sekolah. Lahan kosongnya pun cukup luas. Dapat dijadikan sebagai kegiatan pertanian.

SLBN Baradatu, tampak dari depan. dok pribadi
SLBN Baradatu, tampak dari depan. dok pribadi

Menurut beberapa guru SLBN Baradatu, mendidik anak-anak  itu terlihat mudah. Namun pelaksanaannya tidak semudah apa yang terlihat. Kita hanya tahu, anak-anak terlihat rapi saat berbaris di depan kelas.

Orang tua menjadi senang, jika anaknya dapat menulis, membaca dan berhitung dengan lancar. Atau kecewa ketika anak tidak berhasil mengikuti ujian, perlombaan dan aktifitas lainnya.

Ketika anak berhasil, maka ada orang tua yang sangat bangga. Sampai-sampai mengklaim, keberhasilan tersebut karena usaha orang tua dan anak. Sebaliknya, jika gagal maka yang dikritik adalah gurunya. "Ini karena guru tidak mampu mendidik", demikian sebagian orang tua berkesimpulan.

Padahal, keberhasilan anak didik di sekolah adalah kontribusi bersama dari beberapa pihak. Anak sebagai aktor utama. Orang tua dan Guru, serta dukungan lingkungan di sekolah dan di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun