Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Swasta atau Negeri Sama-sama Ingin Mencerdaskan Anak Bangsa

28 Mei 2022   10:36 Diperbarui: 28 Mei 2022   10:58 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam alinea ke-4 UUD 1945, para founding fathers kita telah menetapkan suatu tujuan dari pembentukan negara kita dalam kata "mencerdaskan kehidupan bangsa".

Tujuan pendidikan nasional yang mana ingin mencerdaskan kehidupan bangsa, tentunya harus diberlakukan secara adil dan merata bagi seluruh bangsa Indonesia. Semua anak bangsa, mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang menjadi manusia-manusia cerdas.

Dari sejarah perjalanan bangsa kita yang mana berabad-abad dijajah oleh bangsa lain, menunjukkan saat itu kita menjadi bangsa yang miskin dan bodoh. Penjajah dengan mudah mengatur kita. Menjadikan kita sebagai pekerja Rodi dan Romusha yang berakhir dengan kematian tragis.

Karenanya, kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu kita, layaknya dipertahankan. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan adalah belajar untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain.

Agar semakin banyak bangsa kita mendapatkan kesempatan untuk belajar, maka sekolah-sekolah pun didirikan. Di sekolah inilah, anak bangsa belajar untuk mendapatkan ilmu dalam arti luas. Siswa tak hanya diajar untuk tamat dari sekolah dengan nilai tinggi. Tetapi lebih dari itu.

Di sekolah-sekolah ini, peserta didik diarahkan dan dibimbing untuk mengembangkan kemampuannya. Juga membentuk watak dan kepribadian anak didik. Berkembang menjadi manusia Indonesia yang mandiri, tidak egois dan tidak menjadi trauble maker.

 Sekolah, kemudian menjadi lembaga pendidikan yang diharapkan mampu memenuhi harapan orang tua dan masyarakat ketika memilih untuk 'menitipkan' anaknya untuk dididik. Dalam harapan inilah orang tua tidak terlalu memikirkan seberapa banyak biaya yang harus dikeluarkan. Yang penting, anak dapat belajar dengan baik untuk mempersiapkan masa depannya.

Sekolah-sekolah formal, mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi pun didirikan untuk membantu mendidik anak-anak. Ada sekolah yang didirikan oleh pemerintah yang berstatus 'Negeri'. Juga sekolah-sekolah swasta yang didirikan dan dikelola oleh masyarakat. Statusnya dikenal sebagai 'sekolah swasta'.

Salah satu kegiatan siswa di SMA 3 Kupang, NTT. Salah satu SMA Negeri Favorit di NTT. Foto:kupang.tribunnews.com
Salah satu kegiatan siswa di SMA 3 Kupang, NTT. Salah satu SMA Negeri Favorit di NTT. Foto:kupang.tribunnews.com

Negeri dan Swasta Sama-sama Berkualitas

Jika ditanya, sekolah mana yang lebih berkualitas, negeri atau swasta? Jawabannya adalah sama-sama berkualitas. Tergantung pada cara mengelola sekolahnya.

Ada sekolah negeri yang begitu berkualitas, sampai-sampai harus bersaing dengan ketat untuk mendapatkan tiket masuk ke sekolah dimaksud. Beruntunglah, sekarang diberlakukan sistem zonasi dimana sekolah-sekolah negeri yang ada lebih memprioritaskan calon anak didik yang berdomisili di sekitar.

Sistem zonasi pada sekolah-sekolah negeri memang baik. Tetapi hendaknya dibarengi dengan perbaikan pengelolaan sekolah-sekolah yang ada. Peningkatan kualitas guru dan perangkat teknis menjadi keharusan. Sementara penyediaan fasilitas penunjang untuk sekolah pun perlu ditingkatkan.

Jika sekolah-sekolah negeri memiliki kualita yang hampir sama, maka orang tua tidak akan 'galau' memasukkan anaknya ke sekolah negeri di sekitar mereka.

Lalu bagaimana dengan sekolah swasta? Apakah mereka hanya menjadi tempat penampungan calon  siswa yang tidak diterima di sekolah negeri? Tidak juga. Banyak sekolah swasta favorit yang sulit ditembus juga oleh calon siswa. Bahkan penerimaannya pun super ketat. Peraturan-peraturan sekolah swasta yang diakui sebagai sekolah berkualitas, lebih ketat.

SDK Canossa Kupang, NTT. Salah satu sekolah swasta  penggerak di NTT. Foto: Sr Igniosa-SDK Canossa
SDK Canossa Kupang, NTT. Salah satu sekolah swasta  penggerak di NTT. Foto: Sr Igniosa-SDK Canossa

Memang diakui, ada juga sekolah swasta yang kualitasnya rendah. Guru-gurunya kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan diri melalui pelatihan-pelatihan. Kendalanya, terkait dengan dana yang dimiliki oleh lembaga penyelenggara sekolah tersebut.

Dari aspek biaya dan pungutan, sekarang ini sekolah negeri dan swasta sama saja. Memungut biaya dari siswa. Dulu, sekolah negeri diminati oleh orang tua dan calon siswa karena biaya sekolah yang sangat murah. Bahkan, ada sekolah negeri yang tidak memungut biaya dari siswanya.

Namun kini, biaya sekolah-sekolah negeri pun mahal. Padahal, ada juga dana tambahan seperti BOS dan bantuan lainnya. Melalui Komite Sekolah, sekolah kemudian menarik uang  sekolah atau membebani biaya-biaya tambahan kepada siswa mereka.

Apakah memang dana-dana itu tidak cukup sehingga siswa sekolah negeri harus dibebani lagi dengan pungutan tambahan? Kalau sekolah swasta, barangkali masih bisa diterima karena sebagian besar gaji para guru diperoleh dari biaya SPP anak.

Memang, pendidikan itu mahal. Tetapi negara juga menyediakan dana yang besar untuk mencerdaskan anak-anak bangsa melalui sekolah. Gratis, atau berbiaya rendah. Sementara mereka yang tidak bermasalah dengan biaya pendidikan, dapat memilih sekolah-sekolah favorit swasta dimana saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun