Metode pengendalian si kembara di Sumba ini, paling sering dilakukan dengan penyemprotan obat-obat kimiawi. Menurut beberapa pakar asal Undana Kupang dan Unimor Kefamenanu, pembasmian belalang paling efektif adalah menggunakan metode kimia. Paling tidak, untuk saat ini dalam kondisi belalang yang populasinya sudah over alias gregarious.
Penyemprotan dilakukan secara serentak di seluruh tempat yang merupakan kantong belalang. Sasarannya juga menyeluruh, mematikan telur dan membunuh nimfa dan belalang dewasa.
Namun Dr Hermanu dari IPB lebih mendukung upaya pengurangan belalang dengan cara tangkap. Warga didorong untuk menangkap sebanyak-banyaknya belalang dan ditukar dengan bahan pangan atau uang. Satu kilogram belalang dewasa, dihargai dengan uang sebesar Rp 5.000,-.
Belalang ini, nantinya dapat diolah menjadi pakan ternak. Bahkan dapat diolah menjadi pangan manusia. Diantaranya, dijadikan keripik atau peyek belalang.
Metode-metode ini, tentunya ada kelebihan dan kekurangannya. Secara kimiawi memang efektif membunuh serangga dalam waktu yang relatif singkat. Tetapi menimbulkan persoalan lain. Pencemaran tanah dan berbahaya juga bagi ternak-ternak yang menggantungkan diri pada rerumputan yang ada.
Sementara, metode penangkapan hanya akan mengurangi serangga dewasa. Telur-telur yang telah diletakkan di dalam tanah, akan luput dan berkembang menjadi belalang baru.
Karenanya, sebaiknya menggunakan metode-metode ini secara terintegrasi. Pertama, Pemda setempat harus mengeluarkan peraturan daerah mengenai larangan berburu burung. Maksudnya, serangga ini dapat dimakan oleh burung.Â
Kedua, kombinasi menangkap dan menggunakan pestisida kimia. Lokasi yang diduga menjadi tempat belalang meletakkan terlurnya, harus disemprot dengan pestisida kimia. Sedangkan kawasan ternak, tidak boleh disemprot dengan pestisida kimia.
Intinya, perlu pengendalian hama belalang secara terpadu. Menyeluruh di seluruh wilayah Pulau Sumba.Â
Sebab jika tidak berhati-hati dan melakukan tindakan yang tepat, maka akan timbul persoalan baru lagi di masa depan. Kita memerlukan tindakan yang arif dan bijaksana. Tak hanya berorientasi pada jangka pendek, tetapi lebih pada masa depan pulau Sumba.