Serangga ini aktif di siang hari dan tidur di malam hari. Ketika siang hari, mereka berbondong-bondong berpindah tempat. Mencari sasaran-sasaran baru untuk dihabiskan.
Saking rakusnya, si pengembara ini menjadi momok yang menakutkan bagi warga Sumba. Sebab, ketika mereka hadir maka dalam sekejap seluruh tanaman habis dilahap. Bukan hanya daun-daun muda, tetapi batang tanaman pun habis dimangsa.
Tahapan Metamorfosis Belalang Kembara
Tiga tahap penting metamorfosis belalang kembara, yaitu telur-nimfa-dewasa. Menurut pakar IPB Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc seperti yang dituturkan kepada news.detik.com tertanggal 13 Juni 2017, telur diletakkan dalam tanah terbuka dan lembab.
Telur akan menetas dan tumbuh menjadi nimfa setelah berumur 2 minggu. Nimfa adalah belalang muda yang belum memiliki sayap. Berpindah tempat dengan cara meloncat. Setela melakukan proses pergantian kulit sebanyak 5 kali, maka belalang muda ini menjadi belalang dewasa yang memiliki sayap sempurna.
Masih menurut Doktor Hermanu, populasi belalang kembara pun ada tingkatannya. Populasi terendah, belalang hidup soliter. Mencari makan sendiri-sendiri. Dalam keadaan seperti ini, tingkat kerusakan tanaman rendah.
Fase yang paling berbahaya, adalah ketika sudah masuk kategori gregarious. Mereka menyerbu tanaman secara bersama-sama. Seperti dikomandoi oleh seorang konandan. Tak Cuma menyerbu bersama. Terbang pun bersama-sama. Di Sumba, ketika pasukan belalang kembara ini melewati angkasa, bisa menghalangi sinar matahari sehingga terlihat seperti mendung.
Selain makan, tidur dan terbang bersama, mereka pun kompak memenuhi tempat-tempat seperti jalan raya, bahkan bandara sekali pun. Akibatnya, lalu lintas menjadi terganggu karena ulah mereka.
Perlu Pengendalian Belalang Kembara Secara Terpadu
Sama seperti perlakuan terhadap hama lainnya, pengendalian terhadap hama belalang kembara dapat dilakukan secara mekanis. Juga dapat menggunakan pestisida atau secara biologi. Namun seringkali dilakukan dengan menggunakan kombinasi dari beberapa metode.