Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Timbul Tenggelamnya Parpol dari Pemilu ke Pemilu

17 April 2022   11:38 Diperbarui: 18 April 2022   23:46 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu Era Orde Baru

Pertikaian politik pasca Pemilu 1955 begitu dinamis dan panas. Diantaranya, keluar dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang salah satu poinnya tentang pembubaran dewan konstituante. Puncaknya, adalah peristiwa berdarah tanggal 30 September 1965. PKI sebagai salah satu partai terbesar waktu itu, dinyatakan sebagai dalangnya. Oleh rezim Soeharto, dinamakan sebagai peristiwa Gerakan 30 September/PKI.

Tiga Tuntutan Rakyat yang dikenal dengan nama Tritura kemudian dijadikan sebagai gerakan untuk mengoreksi tata kepemimpinan di jaman sebelumnya yang dinamakan sebagai Orde Lama.

Tiga tuntutan dimaksud adalah terkaitan dengan pembubaran PKI, pembersihan kabinet dan perbaikan harga yang saat itu melambung tinggi.

Muncullah rezim Orde Baru. Orde dimana Pemilu dilakukan hanya untuk melanggengkan pemerintahan Presiden Soeharto.

Setelah PKI dinyatakan sebagai partai terlarang, maka Pemilu kedua pasca kemerdekaan atau pertama dalam era Orde Baru pun dilaksanakan pada tahun 1971.

Pemilu 1971 diikuti oleh 10 partai politik untuk memperebutkan 360 kursi DPR. Golongan Karya berada di atas angin dengan perolehan suara sebesar 62,82% dan berhak menempati 236 kursi. NU menempati posisi kedua dengan perolehan kursi sebanyak 58, diikuti oleh Parmusi dan PNI dengan perolehan kursi berturut-turut sebanyak 24 (Parmusi) dan 20 (PNI).

Soeharto makin menguasai panggung politik di Indonesia. Golkar dan ABRI menjadi alat kekuasaannya untuk tetap menjadi Presiden di zaman itu. Golkar yang menguasai kursi MPR kemudian berhasil menetapkan, Peserta Pemilu tahun 1977 hanya akan diikuti oleh tiga kontestan, yaitu Golkar dan 2 parpol.

Maka lahirlah Partai Persatuan Pembangunan pada 5 Januari 1973. PPP dibentuk oleh patai-partai islam: NU, PSII dan Perti. Lalu partai-partai lain seperti PNI, Parkindo, Partai Katolik meleburkan diri dalam satu partai baru yang dinamakan Partai Demokrasi Indonesia, disingkat PDI.

Jadilah, 5 kali Pemilu setelah tahun 1971 hanya diikuti 3 kontestan: PPP dengan nomor urut 1, PDI nomor urut 2 dan Golkar dengan nomor urut 3.

Selama Pemilu tersebut, Golkar selalu tidak ada tandingannya. Dan MPR selalu memilih Soeharto sebagai Presiden. Sementara, wakilnya boleh diganti tentu saja atas petunjuk 'Bapak Presiden'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun