Pertamina dan Pertamini, disusun oleh 9 huruf dimana 8 huruf pertama bunyinya sama, 'Pertamin' dan hanya huruf terakhir yang berbeda, a dan i membentuk kata 'Pertamina dan Pertamini'.
Saking miripnya, sering kali pelanggan tidak membedakan pertamina dari pertamini. Beberapa pengendara sepeda motor yang kebetulan mengisi pertalite di salah satu pengecer Pertimini mengira, Pertamini ini adalah miniaturnya Pertamina. Didesain dalam bentuk mini untuk melayani pelanggan sampai dengan pelosok yang tak dapat dijangkau oleh Pertamina.Â
Karena dianggap ada hubungan dekat, seringkali pelanggan tidak memperhatikan berapa sesungguhnya penjual BBM di depot Pertamini mematok harga per liternya. Sebab, sistem pengisian BBM ala Pertamini pun dilakukan secara digital seperti di SPBU Pertamina. Â
Kalau kita melihat desainnya, Pertamini meniru model Pertamina. Saya sendiri berpikir, ada hubungan yang 'mesrah' antara mereka berdua. Jika tidak seperti kakak dan adik, mungkin bak sepasang kekasih.
Dalam websitenya, www.pom-mini.com, kita dapat menemukan daftar harga aneka spare part untuk mendesain Pertamini digital. Teknik merakit mesin Pertamini digital ini mengikuti model SPBU nya Pertamina.
Pertashop Muncul untuk Mematikan Pertamini?
Belakangan, di areal yang jauh dari SPBU Pertamina terdapat depot BBM untuk umum bernama Pertashop. 'Lapak' ini memang bagian dari Pertamina.Â
Munculnya Pertashop ini lantas membuat orang 'ngeh' ternyata Pertamini tidak ada hubungan dengan Pertamina. Ia sama saja dengan lapak penjual eceran tradisional lainnya yang dijual bebas dalam  kemasan botol.Â
Desain hampir sama. Namun, Pertamina mengklaim kalau Pertshop dijamin keasliannya. Tidak abal-abal alias tidak KW. Meskipun sama-sama menjual produk yang sama seperti pertamax, dexlite dan pertalite, Pertashop menjual produk ini dengan kualitas yang sama seperti pada SPBU resminya.Â
Sementara, Pertamina tidak menjamin apakah produk yang dijual secera eceran oleh Pertamini tersebut berkualitas atau tidak. Menurut Unit Manager Comm, Rel & CSR Region Kalimantan Pertamina, Susanto August Satria dalam Kalimantan Post, standar keamanan, takaran, dan perijinan depot Pertashop itu legal.Â
Pertashop diklaim oleh Pertamina sebagai depot yang sudah dikaji keamanannya. Karena itu, dapat didirikan di pemukiman masyarakat. Takaran Pertashop sama persis dengan takaran pada SPBU Pertamina. Tera yang ada di Pertashop, tidak memiliki perbedaan dengan SPBU Pertamina. Dari aspek perijinan, Pertashop memiliki ijin. Yang lain, tidak.Â
Namun melihat dari banyaknya Pertamini yang tersebar di berbagai areal di Indonesia, apakah Pertamina tetap akan membiarkan Pertamini menjual produk tanpa ada semacam kerja sama? Minimal, Pertamina menjadi pengawas standar mutu bagi setiap depot yang hendak melakukan usaha penjualan BBM.
Bukankah penjual di 'lapak' Pertamini membeli BBM dari Pertamina untuk dijual lagi pada depotnya? Menurut hemat saya, melalui program Corporate Social Responsibility-nya, Pertamina dapat menjadikan kelompok penjual BBM ini sebagai bagian dari kelompok yang dibinanya.Â
Saya pikir, para penjual BBM ala Pertamini akan dengan senang hati menyambut uluran tangan Pertamina. Pertamini tidak dijadikan atau dianggap sebagai pesaing dari Pertashop selaku penyalur resmi dari Pertamina di daerah-daerah yang tak dapat dijangkau oleh Pertamina melalui SPBU-nya.
Dan semoga, Pertamina bisa menjadi 'kakak' bagi Pertamini. Tidak perlu menjadi kakak kandung tetapi cukuplah berperan sebagai 'kakak asuh'. Sementara, Pertashop berfungsi sebagai 'teman sepermainan' di desa-desa atau daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh 'kakak' mereka, Pertamina.
Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H