Awalnya, bunda Calistung ini kesulitan untuk mengumpulkan anak-anak untuk bergabung dalam kelompok belajar. Orang tua menjadi faktor penentu. Banyak orang tua tidak mendukung, bahkan cenderung menyepelekan para bunda calistung ini. Sebab menurut orang tua ini, bunda calistung hanya ibu rumah tangga. Apa mereka mampu mendampingi dan membimbing anak-anak mereka?
Namun, para bunda calistung tidak menyerah. Mereka mendatangi setiap rumah anak-anak yang telah dimasukkan sebagai calon peserta calistung. Meyakinkan orang tua mereka dan memotivasi anak-anak untuk datang dan belajar bersama.
Ungkapan rasa ini, disampaikan oleh Bunda Hartini di depan para orang tua dan undangan yang ikut menghadiri wisuda.
Demi masa depan anak-anak kita, maka sekalipun kami hanya ibu rumah tangga, bersedia membagi waktu kami untuk mendampingi anak-anak belajar calistung, mengurus keluarga dan bekerja.
Alhasil, satu-persatu anak-anak mulai berdatangan. Bahkan yang sudah lancar calistung pun ingin bergabung. Sering kali, pekerjaan dari sekolah dibawa ke bunda-bunda calistung untuk dibimbing.
Pada akhirnya, sebanyak 31 siswa dan siswi dari kelas 1 hingga kelas 5 yang mengikuti kegiatan belajar hingga dinyatakan tamat setelah mengikuti ujian akhir. Puncak acaranya, pada wisuda angkatan pertama, 26 Maret 2022.
Mendidik Anak Menjadi Siswa yang Religius-Nasionalis
Dalam acara wisuda ini, beberapa hasil karya anak-anak dipamerkan dan dilihat oleh orang tua. Juga siswa menampilkan beberapa suguhan atraktif. Menariknya, acara-acara mereka dikemas dalam nuansa religius-nasionalis dan kreatif.
Sekelompok siswa tampil membawakan berbagai doa. Mereka mampu mendaraskan doa sebelum dan sesudah makan, doa sebelum dan setelah belajar, doa sebelum dan setelah tidur. Juga doa ketika hendak bepergian, dan sebagainya.
Tak hanya itu, siswa-siswi dengan lancar mennyayikan lagu Indonesia Raya, membawakan tarian kreasi Nusantara, membacakan teks Pancasila dan membaca puisi untuk guru mereka.