Hiruk-pikuk langkanya minyak goreng sawit, diikuti dengan kenaikan harganya yang signifikan di Indonesia masih menjadi salah satu trending topik. Buah dari pencabutan Permendag RI Nomor 06 Tahun 2022 Tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Minyak Goreng Sawit. Tak hanya emak-emak yang ribut-ribut. Seluruh elemen bangsa pun menyayangkan kondisi ini.
Namun ungkapan 'rasa sayang' ini berbeda kadar. Masyarakat dengan keterbatasan ekonomi merasa beban hidup semakin berat di tengah kondisi keuangan mereka yang belum pulih akibat pandemi Covid-19. Kelompok lain malahan 'nyinyir' pada emak-emak yang berburu minyak goreng.
Bahkan baru-baru ini, Megawati Soekarnoputri yang adalah Presiden RI ke-5 ini ikut mengungkapkan perhatiannya.  Akan tetapi, ucapan petinggi  PDIP ini malah menuai protes masyarakat Indonesia sebab Bu Mega lebih banyak menyalahkan emak-emak. Seolah-olah emak-emak ini tidak mampu kreatif dalam mengelola masakan di dapur mereka. Hanya tahu menggoreng dan menggoreng masakan dengan minyak goreng.
Mendag Muhammad Lutfi yang didaulat sebagai pejabar yang paling bertanggung jawab terhadap kisruh migor nasional ini pun mendadak kaget. Migor kembali memadati toko-toko swalayan sesaat setelah HET minyak goreng dicabut dan dinyatakan tak berlaku lagi. Entahlah, kaget benaran atau tidak, hanya beliau yang tahu.
Kali ini, migor tersebut berjejer rapi dengan harga yang baru pula. Harga barunya memang bisa membuat emak-emak melongo. Hasil penelusuran Kompas per Sabtu, 19 Maret 2022 pada Indomaret dan Alfamart misalnya, tercatat harga migor ukuran 1 liter termurah adalah Migor Amanda (Indomaret) dan Tropikal poch (Alfamart), yaitu Rp 20.000,00. Sedangkan harga tertinggi ada pada migor Tropikal kemasan, Rp 26.100,00. Artinya, terjadi kenaikan sebesar 43% hingga 86% dari HET sebelumnya.
Migor ukuran 2 liter pun sama saja. Harga terendah adalah migor Alfamart, Rp 40.900,00 dan tertinggi ada pada migor Tropical kemasan yang dijual oleh Indomaret, yaitu Rp 51.700,00. Untuk harga 2 liter ini, rata-rata mengalami kenaikan antara 46% hingga 86% apabila berpatokan pada HET sebelumnya, Rp 14.000,00/liter.
Bukan Salah Emak-Emak
Saat HET minyak goreng belum dicabut, emak-emak rela antri berjam-jam hanya untuk mendapatkan satu liter minyak goreng. Para pemilik produk dan kelompok yang 'peduli' dengan emak-emak, tetiba muncul sebagai pahlawan untuk menjual barang ini dengan harga yang diberi label tambahan 'Murah'. Padahal, tetap jualan bukan memberi secara gratis.Â
Ketika mendengar info 'Murah' maka emak-emak yang menjadi pengelola dapur keluarga ini pun serta-merta berburu ke sana. Mereka rela menempuh jalan yang lumayan jauh hanya untuk seliter minyak goreng. Emak-emak ini tak peduli, berapa waktu yang dihabiskan dalam proses antrian hanya untuk membawa pulang produk incarannya.