"Mungkin awalnya tidak mudah, tapi please bersabarlah menghadapiku."
Cinta dan sayang ini masih terasa, kutarik kembali kata putus yang sudah terucapkan, maka pembicaraan di siang nan cerah itu berakhir dengan bahagia.
****
Masa indah kembali memberi warna pada cinta yang sempat memudar. Rasa itu tercap dengan nikmat yang kini lebih menyenangkan. hubungan kami sangat baik-baik saja dan aku bersyukur tidak ada kendala yang begitu parah sampai harus bertengkar hebat dengan Vanita.
Perhatian dan rasa sayang perempuan itu kembali mengusap hatiku yang pernah kecewa. Setelah hubungan kami membaik, perasaanku pun semakin besar padanya, untuk sebuah cinta yang tiada tara.
****
Siang di hari kerja adalah waktu yang telah aku dan Vanita setuju sebagai jam makan siang bersama, tapi tiga puluh menit sebelum keluar dari kantor. Atasanku menghimbau kepada beberapa karyawan termasuk diriku untuk ikut bersamanya bertemu klien di salah satu restoran.
Dalam perputarannya, jarum pada menit jam bergerak cepat. Kini aku dan atasan serta beberapa teman kantor telah berada di restoran yang telah ditentukan. Sejak dari kantor, aku berusaha menghubungi Vanita melalui ponsel. Berniat  mengatakan padanya, kalau siang itu kami tidak bisa makan bersama, tapi entah mengapa ponsel milik kekasihku itu tidak aktif.
Selama dalam pertemuan, perasaanku sedikit khawatir mengingat kekasihku tidak bisa dihubungi. Sesekali sambil mencuri waktu, aku berusaha melakukan panggilan pada nomor ponselnya dan beberapa kali mengirim pesan agar ia tak menunggu, lalu terpaksa makan sendiri di depan meja kafe.
Sialnya. Begitu kembali ke kantor, baterai ponselku melemah dan tak lama mati. Ternyata, pertemuan di restoran tadi belum usai, karena si klien meminta pada atasanku untuk mengajak karyawannya melanjutkan urusan kerja sama di rumah.