Si klien memberikan alamat dan kami terpaksa ikut permintaan itu, demi kelancaran urusan kedua belah pihak. Di rumahnya yang ternyata megah dan mewah kami diterima dan dijamu dengan baik, hingga aku lupa meminta ijin untuk mengisi baterai ponsel.
Hari sudah gelap, ketika kami telah selesai berkunjung. Di halaman parkir kulirik jam di tangan kiri, saat itu waktu menunjukkan pukul delapan lewat  dua puluh menit dan aku terlupa menghubungi Vanita.
Atasanku yang terlihat akan memasuki mobil dengan beberapa karyawan memberikan insrtuksi.
"Ernest," panggilnya.
"Ya, Pak." Aku menoleh dan kemudian mendekat.
"Kau bilang, beberapa data kantor ada di rumahmu. Malam ini juga ajak Rosa ke rumahmu dan berikan data itu padanya. Biar dia yang memberikannya pada saya malam ini," katanya sambil menatap Rosa yang telah siap dengan kunci motor di tangan.
"Biar saya saja yang mengantar datanya ke rumah bapak."
"Jangan, jaraknya cukup jauh. Kebetulan rumah Rosa hanya satu blok dari rumah saya. Jadi begitu data itu sudah ada di tangannya, dia bisa sekalian mampir sebentar. Saya memerlukan berkas itu malam ini."
Permintaan itu memang tidak bisa ditolak, karena data yang ada padaku memang sangat penting. Selesai berpamitan singkat, aku lalu menuju motor yang terpakir dan tak lama dengan motor masing-masing aku dan Rosa melaju ke arah jalan pulang.
Kurang lebih tiga puluh menit, kami sampai di depan rumahku. Tempat yang kutinggali sendirian di Kota Samarinda, karena orang tua dan dua saudaraku berada di kota lain yang jaraknya cukup jauh.
Kubuka pintu dan mempersilakan Rosa masuk. Perempuan itu menurut dan duduk di kursi tamu sementara aku ke dalam untuk mengambil data yang sudah dipesan. Setelah kertas-kertas itu ada di tangan, aku bergegas mendatanginya.