"Ini datanya," kataku, mengulurkannya di depan perempuan itu.
Rosa berdiri dan menerima. "Oh ya, maaf, aku boleh numpang ke kamar mandi?" tanyanya sambil meletakkan tas dan data itu di atas meja.
"Ya, silakan, tempatnya ada di ujung sebelah kanan." Aku lalu duduk menunggu.
Beberapa menit kemudian, terdengar Rosa memanggil. Refleks aku bergegas dan kemudian mendapati perempuan itu berdiri dengan susah payah sambil berpegangan pada pintu toilet.
"Tolong, lantainya licin, aku terpeleset."
Tanpa pikir panjang, aku langsung membantu. "Kau bisa berjalan?" tanyaku memegangi lengannya.
"Ya, kurasa begitu ...." Tapi baru beberapa langkah tubuhnya hampir roboh. Kutahan agar ia tak tersungkur dan bergerak cepat memapahnya menuju ruang tamu.
Sebelum mendudukkan Rosa di sofa, tiba-tiba Vanita sudah berdiri di depan pintu. Ia mengawasi kami dengan kening berkerut.
"Hai, Ernest," sapanya melangkah pelan.
Kubantu Rosa duduk dan membalas sapaannya. "Hai, Vani. Ini Rosa, teman kantorku, tadi dia terpeleset di kamar mandi," kataku memberi penjelasan.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Vanita, mendekat dan memeriksa keadaan Rosa.