“Hei, ada apa denganmu? Aku sudah bilang, kau tidak boleh menyukainya.” Deni Collins terlihat berada di puncak kemarahan, karena Jenna Collins, adiknya, telah beberapa kali menceritakan kalau gadis itu menyukai sahabat Deni. Aaron Taylor.
“Kenapa, apa Aaron sudah punya kekasih?” Jenna bertanya dengan wajah kesal. Dahi terlipat dan bibirnya merengut. Kedua daerah dari wajah itu hampir menjadi satu di pusat hidung.
Deni berkeras mendebat adiknya, telunjuk laki-laki itu mengayun-ayun kecil di depan wajah Jenna. “Ya, jadi kau tidak boleh merebut kekasih orang lain. Apa semua laki-laki di bumi sudah punah?!”
“Ya ampun, kenapa kau begitu marah? Aku hanya menceritakan perasaanku. Kalau dia memang sudah punya kekasih, itu bukan masalah. Kau seperti kebakaran jenggot saja. Aneh sekali.” Jenna pergi dengan kesal. Dilemparnya majalah ke atas meja sambil berlalu meninggalkan ruang tengah yang biasa digunakan untuk bersantai dan nonton tv. Deni yang melihat sikap ketersinggungan adiknya, hanya tersenyum miring.
Aaron Taylor adalah sahabat Deni Collins. Sejak kuliah tiga tahun lalu keduanya menjalin persahabatan. Dan Jenna Collins langsung jatuh hati saat pertama kali diperkenalkan kakaknya pada laki-laki itu. Awalnya Jenna cukup bisa menahan perasaan, tapi karena Aaron sering datang ke rumah untuk menemui si kakak, akhirnya gadis itu tak bisa lagi menutupi rasa berbunga di hatinya.
Curhat pun diluapkan gadis manis itu pada Deni, berharap si kakak dengan suka rela membantunya untuk lebih dekat pada tambatan hati, tapi bukan malah meluluskan keinginan si adik. Curhat yang terhitung lebih dari sepuluh kali dalam minggu itu berujung pada kemurkaan kakaknya.
Setelah pertengkaran kecil yang sempat terjadi. Keesokan harinya, saat matahari memposisikan diri di atas kepala, Aaron tiba di rumah Deni.
“Halo, apa kabar?” sapa Jenna ketika menemui laki-laki itu di ruang tamu.
“Hai, aku baik.”
“Deni ada di kamarnya, kenapa menunggu di sini?” Gadis itu duduk berseberangan di depan Aaron. Dia sangat bahagia saat bisa berduaan dengan laki-laki itu, selama ini Jenna hanya bisa memandangnya di kejauhan.
“Ya, Deni sudah memintaku ke atas, tapi aku ingin menunggunya di sini. Sebentar lagi kami akan ke toko buku.” Aaron menjawab sambil melirik arloji di tangan kiri.