Mohon tunggu...
GRECIA HARIANTI
GRECIA HARIANTI Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

Basket

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum di Balik Kesibukan

20 November 2024   10:15 Diperbarui: 20 November 2024   10:16 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dasar miskin sekolah aja naik angkot."

"Dia kan miskin kok bisa ya dia sekolah di sekolah elit kayak gini." Dan masih banyak lagi hinaan yang tertuju untuk Bunga. Bunga kecil segera berlari menuju toilet dan menangis, menumpahkan semua rasa sakit yang ada dihatinya. Merasa lebih lega Bunga menuju ke kelasnya karena jam pelajaran sebentar lagi akan dimulai.

Semua hinaan Bunga rasakan hingga dia remaja. Sekarang Bunga sudah menginjak Sekolah Menengah Atas. Namun Bunga yang sekarang terkesan lebih dingin dan cuek dari pada Bunga yang dulu. Jika dulu Bung akan menangis saat mendapatkan hinaan maka berbeda dengan Bunga yang sekarang yang tidak peduli dengan sekitar. Orang tua Bunga sudah berpisah mereka sudah mempunyai pasangan masing-masing, dan Bunga memilih tinggal bersama papanya.

Saat berada di dalam kelas Bunga memengangi dadanya, mera- sakan sesak nafas dan nyeri di dada. Sudah beberapa kali Bunga mengalami hal seperti ini dan hal ini terjadi saat dia memasuki bangku Sekolah Mengengah Pertama. Bunga segera mengambil obat pereda nyeri di tasnya dan meminum obat tersebut. Setelah pulang sekolah Bunga bergegas pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan penyakitnya. Bunga pun melakukan beberapa pemeriksaan.

"Ini penyakit yang cukup serius, anda mengidap kanker paru- paru stadium awal."

Bunga pun mematung mendengar ucapan sang dokter. Bunga tidak bisa berkata apa-apa lagi, kenapa nasibnya selalu buruk.

"Penyakit yang diderita Nak Bunga bisa disembuhkan melalui operasi atau dengan kemotrapi sementara, itu saya berikan obat dahulu."

"Baik dok terima kasih kalau begitu saya permisi,"
Bunga pun keluar dari ruang dokter tersebut.

Bunga berjalan di trotoar sambil merenungi apa yang diucap- kan oleh dokter tadi. Dia bingung, haruskah dia memberi tahu orang tuanya atau tidak. Jika pun Bunga memberi tahu orang tuanya, apakah mereka akan peduli dengannya? Toh sekarang juga orang tuanya hidup bahagia dengan keluarganya masing-
masing

mana peduli mereka dengannya. Dengan itu Bunga memilih diam dan hanya dia dan dokter saja yang tahu.

Bunga sampai di rumahnya hampir tengah malam karena tadi Bunga berjalan jalan terlebih dahulu untuk menenangkan pikirannya. Dia memasuki rumah melihat sekeliling yang gelap dan kesunyian yang menyapanya. Namun Bunga dikejutkan oleh lampu yang tiba-tiba menyala diikuti dengan suara laki-laki yang saat Bunga lihat adalah papanya yaitu Rayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun