Pembagian kerja pada sesi pelatihan cukup jelas. Saya menyampaikan materi-duduk lalu minum karena capek dan kepanasan-Astri mengambil alih kelas-Saya menyambung materi-Adit mengatur agar presentasi yang dilakukan guru-guru berjalan lancar.
Â
Setelah materi saya meminta para guru bekerja kelompok menerapkan contoh-contoh metode pembelajaran yang sudah disampaikan.
Â
Cukup seru, sih. Guru-guru kelas tinggi diminta untuk memakai alat peraga yang disediakan dan memaparkan cara penerapannya di kelas. Materi ini penting karena kabarnya guru-guru agak segan menggunakan Sains Kit dan alat peraga lainnya di pembelajaran sehari-hari. Dengan ada kegiatan begini diharapkan guru-guru bisa merasakan senangnya siswa ketika belajar menggunakan alat peraga.
Â
Saya juga mau cerita soal latar belakang saya menjadi guru. Tapi, memang tidak dramatis, ya sayangnya. Pertama, kakek dan tante saya guru. Jadi, faktor keluarga yang membuat saya terbiasa. Selanjutnya, waktu kelas 4 SD saya menjawab ingin jadi guru ketika ditanya cita-cita. Pertimbangan saya sih karena guru itu kayaknya gampang. Tinggal menyampaikan hal yang sudah kita ketahui. Setelah benar-benar jadi guru saya paham benar bahwa guru SD adalah pekerjaan yang rumit.
Â
Saya sempat punya pikiran untuk menyudahi  karir ini saja. Toh, sebenarnya tidak sesuai dengan pendidikan S1 saya. Tapi, kemudian saya menemukan alasan baru untuk tetap menajdi guru. Tetap sibuk di dunia pendidikan. Yaitu, punya akses bebas ke pikiran-pikiran muda yang masih bersih.  Menyenangkan membayangkan saya bisa memasukkan hal-hal baik di dunia ini ke kepala mereka, melihat perubahan perilaku mereka setiap hari, mengisahkan cerita-cerita yang saya anggap menarik, menjadikan mereka manusia sesuai bayangan ideal saya. Lalu menguasai dunia. #eh
Â
Â