Mohon tunggu...
Gravity Bind
Gravity Bind Mohon Tunggu... Direktur PT. Kasanah Group -

Life Is Learning, Life is Helping, Life isn't Alone. Life is A Hope

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Bentuk Satu Nilai: Memaknai Rumah

7 Mei 2016   08:38 Diperbarui: 7 Mei 2016   08:50 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga begitu penting dalam membangun kualitas seorang manusia ke depan. William Bennett, pakar pendidikan dalam bukunya Moral Literacy and The Formation of Character: Moral Character and Civil Education in the Elementary School (1991) mengatakan keluarga adalah lingkungan paling afektif dan efektif tempat anak mendapatkan berbagai aspek pendidikan yang mendasar. Apabila keluarga gagal menanamkan kejujuran, keberanian, dan semangat ingin maju, serta kemampuan-kemampuan mendasar lainnya, akan semakin sulit bagi lembaga pendidikan lain memperbaikinya.

Obama pada konferensi pers perdananya tahun 2009 mengungkapkan, “It is not acceptable for children and families to be without a roof over their heads in a country as wealthy as ours.” Apa yang diungkapkan oleh Obama maupun Bennett memiliki esensi yang sama dengan pesan nenek moyang kita. “Mendidik anak laksana memahat di atas batu. Mendidik orang dewasa laksana menulis di atas air.”

Rumah selayaknya ibu dan manusia layaknya seorang anak.  Sebagaimana ibu, rumah adalah tempat yang selalu terbuka untuk menerima berbagai aduan kesedihan, ratapan kekalahan, dan luapan kebahagiaan. Rumah pula tempat untuk mendapatkan kasih sayang, tempat kembali, dan pusara yang begitu tenang untuk sejenak melepas berbagai tekanan hidup di luar sana. Tak heran jika rumah menjadi inspirasi Ibu Soed dalam lagunya yang berjudul Tanah Airku: Tetapi kampung dan rumahku/ Di sanalah kurasa senang/ Tanahku tak kulupakan/ Engkau kubanggakan.

Diakui oleh Mia, cerpen yang menurutnya paling menyentuh adalah Rumahku. Dari lirik yang tidak terlalu berat dinikmati, cerpen Rumahku yang termaktub bersama lagu-lagu lain bisa dijadikan sebuah pelajaran memaknai rumah. Bagi Gita, rumah adalah pijakan pertama yang paling besar dalam mengantar dirinya hingga saat ini. Tanpa rumah yang menaungi kehidupannya dan tanpa keluarga yang membesarkannya, ia tak pernah mencapai prestasi seperti sekarang. Tak heran jika begitu dalam ia menuliskan lirik: Ohh aku ingin pulang, bersamamu aku tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun