Jika seseorang terdeteksi positif corona maka orang tersebut harus melakukan test yang lebuh khusus di laboratorium untuk memastikan apakah orang tersebut betul positif terinfeksi corona atau tidak.
Persoalan muncul bagi mereka yang dinyatakan test cepat itu negatif, apabila orang dalam pemantauan (ODP) tersebut menjadikan hasil test tersebut sebagai jamninan bahwa orang tersebut negatif dari virus corona, maka jika kemudian ternyata orang tersebut positif terinfeksi corona, maka orang itu akan menyebarkan virus corona kepada yang lain.
Sejatinya, ODP yang negatif pun harus tetap melakukan karantina sampai pada waktu tertentu untuk memastikan bahwa orang itu bebas dari virus corona.
Problematika lainnya, adalah imbauan pemerintah sering kali tidak mengikuti perkembangan kasus-kasus penyebaran virus corona, dan terdapat perbedaan pandangan yang membingungkan masyarakat awam, secara khusus terkait penggunaan masker.
Siapa yang dapat memastikan bahwa mereka yang sakit akan menggunakan masker, sehingga orang yang sehat tidak memerlukan masker? Apabila orang sakit tidak berkomitmen untuk menggunakan masker jika pergi ketempat publik, maka berarti semua orang yang akan pergi ketempat publik harus menggunakan masker.
Belum lagi terkait isu penggunaan masker ditempat umum ber AC, karena ada isu baru yang mengungkapkan bahwa pada tempat-tempat ber AC untuk mencegah penularan orang harus menggunakan masker.
Belum lagi terkait usulan jangan menggunakan masker kain, padahal pada beberapa tempat penjualan masker yang tersedia kadang hanya masker kain. Pemerintah dalam hal ini harus menjamin tersedianya masker supaya  masyarakat dapat melindungi diri agar tidak terular virus corona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H