Rengganis perlahan-lahan duduk. Perapian tinggal bara api yang nyremomong. Udara dingin Pucak lawu menusuk-nusuk kulitnya.
Jam 03.00 pm dilihat Rengganis di LCD Hp-nya.
Sudah pikir Rengganis. Begitu petunjuk Gurunya. Rengganis telah mendapatkan dua pencerahan. Wejangan Embah Kakung di Warung di Pos 1 tadi dan buah hijau bundar yang diberikan Sang Raja di dalam mimpinya tadi. Setelah ini saya lalu mandi di Sendang lanang dan Sendang Wadon di Cemara Sewu demikian pikir Rengganis.
Rengganis segera berkemas. Dimasuk-masukkannya kain-kain yang dipakai alas tidur tadi ke dalam ranselnya.
Dengan langkah lebih ringan daripada naiknya tadi Rengganis pun menuruni jalan terjal berbatuan itu dengan langkah-langkah yang panjang. Tidak dirasanya lagi kakinya yang sakit tidak dapat ditekuk. Udara semakin dingin. Rengganis pun mulai menggigil. Namun karena Rengganis trerus bergerak berjalan menuruni jalan terjal berbatuan itu dengan langkah panjang, udara dingin itu pun tidak begitu terasa.
Sesampai di Cemara Sewu Rengganis segera mencari Juru Kunci Pesanggrahan Raden Bancolono di mana Rengganis harus mandi di Sendang Lanang dan Sendang Wadon.
“Bapak saya mau mandi di Sendang Lanang dan Sendang Wadon. Mohon didoakan .....,” pinta Rengganis kepada Juru Kunci Pesanggrahan Raden Bancolono.
Dengan membawa bunga-bunga yang telah disiapkannya Rengganis dihantarkan oleh Bapak Juru Kunci ke Pesanggrahan Raden Bancolono.
“Gusti ... saya menghadapkan Nini Dewi dari Kediri ini ke hadapan Gusti .....,” demikian hunjuk Sang Juru Kunci setelah menyalakan Dupa dan menyajikan bunga-bunga yang dibawa Rengganis di tempat yang telah disediakan.
Hening beberapa saat lamanya.
Kemudian Sang Juru Kunci berbicara lirih sekali kepada Rengganis, “Ibu .... silakan berbicara sendiri kepada Gusti Bancolono .... Ibu lebih sepuh daripada saya .... Kata Gusti Ibu sudah dinantikan beliau selama dua tahun ini .... Kata Gusti Ibu adalah tamu istimewa beliau ....”