Mohon tunggu...
Grassius Iskarjanto
Grassius Iskarjanto Mohon Tunggu... Spiritualis, Penulis Buku-Buku Rohani -

dari seorang lulusan Seminari Menengah Garum Blitar lalu menjadi karyawan Bank Dhaha Ekonomi Kediri, TU SKKPN Madiun, Guru SMPK Gamaliel Madiun, Guru SMA K St Bonaventura Magetan, Guru SMPN 1 Magetan, Guru SPGN Ngawi, Guru SMA K St Thomas Ngawi, Guru Agama Katolik SMAN 3 Madiun, Ketua DPC Partai Kebangsaan Merdeka Madiun, lalu menjadi Spiritualist dan penulis spiritual sampai sekarang ini ...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rengganis 27

4 Oktober 2015   04:16 Diperbarui: 4 Oktober 2015   06:59 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Rengganis perlahan-lahan duduk. Perapian tinggal bara api yang nyremomong. Udara dingin Pucak lawu menusuk-nusuk kulitnya.

Jam 03.00 pm dilihat Rengganis di LCD Hp-nya.

Sudah pikir Rengganis. Begitu petunjuk Gurunya. Rengganis telah mendapatkan dua pencerahan. Wejangan Embah Kakung di Warung di Pos 1 tadi dan buah hijau bundar yang diberikan Sang Raja di dalam mimpinya tadi. Setelah ini saya lalu mandi di Sendang lanang dan Sendang Wadon di Cemara Sewu demikian pikir Rengganis.

Rengganis segera berkemas. Dimasuk-masukkannya kain-kain yang dipakai alas tidur tadi ke dalam ranselnya.

Dengan langkah lebih ringan daripada naiknya tadi Rengganis pun menuruni jalan terjal berbatuan itu dengan langkah-langkah yang panjang. Tidak dirasanya lagi kakinya yang sakit tidak dapat ditekuk. Udara semakin dingin. Rengganis pun mulai menggigil. Namun karena Rengganis trerus bergerak berjalan menuruni jalan terjal berbatuan itu dengan langkah panjang, udara dingin itu pun tidak begitu terasa.

Sesampai di Cemara Sewu Rengganis segera mencari Juru Kunci Pesanggrahan Raden Bancolono di mana Rengganis harus mandi di Sendang Lanang dan Sendang Wadon.

“Bapak saya mau mandi di Sendang Lanang dan Sendang Wadon. Mohon didoakan .....,” pinta Rengganis kepada Juru Kunci Pesanggrahan Raden Bancolono.

Dengan membawa bunga-bunga yang telah disiapkannya Rengganis dihantarkan oleh Bapak Juru Kunci ke Pesanggrahan Raden Bancolono.

“Gusti ... saya menghadapkan Nini Dewi dari Kediri ini ke hadapan Gusti .....,” demikian hunjuk Sang Juru Kunci setelah menyalakan Dupa dan menyajikan bunga-bunga yang dibawa Rengganis di tempat yang telah disediakan.

Hening beberapa saat lamanya.

Kemudian Sang Juru Kunci berbicara lirih sekali kepada Rengganis, “Ibu .... silakan berbicara sendiri kepada Gusti Bancolono .... Ibu lebih sepuh daripada saya .... Kata Gusti Ibu sudah dinantikan beliau selama dua tahun ini ....  Kata Gusti Ibu adalah tamu istimewa beliau ....”

“Usia saya 37 tahun ...  Bapak .... jauh lebih sepuh Bapak yang sudah 92 tahun ....,” kata Rengganis nampak terbengong-bengong tidak mengerti maksud Sang Juru Kunci.

“Itu ... Gusti sudah siniwaka, Ibu .... silakan matur beliau .....,” kata Sang Juru Kunci sambil mempersilakan Rengganis untuk berbicara langsung kepada Raden Bancolono.

Di hadapan Rengganis telah duduk bersila seorang ksatria Jawa dengan pakaian Surjan berbunga-bunga dan Blangkon Jogjakarta sebagai penutup kepala. Wajahnya berwibawa dengan kulitnya yang putih bersih.

“Raden .... Saya datang di sini untuk mandi bersih-bersih diri dan berdoa memohon kepada TUHAN supaya saya dibersihkan dari dosa-dosa saya yang telah saya lakukan di kehidupan-kehidupan saya sebelum kehidupan yang sekaran ini, dan juga dari dosa-dosa saya yang telah saya perbuat di kehidupan saya saat sekarang ini di waktu-waktu yang telah lalu ....,” kata Rengganis kepada Raden Bancolono. Setelah Rengganis berbicara dengan Raden Bancolono dan Raden Bancolono mengatakan pesan-pesannya yang tidak dapat didengar oleh Sang Juru Kunci, Rengganis kemudian dihantarkan oleh Sang Juru Kunci untuk mandi di Sendang Lanang dan Sendang Wadon yang ada di Lokasi Pesanggrahan Raden Bancolono itu.

Malam telah jatuh di Cemara Sewu itu. Udara dingin menggigilkan Rengganis.

Setelah selesai melakukan ritual doa dan mandi di Pesanggrahan Raden Bancolono itu, dan telah memberikan uang persembahan untuk Sang Juru Kunci, Rengganis kemudian mencari makan di warung terdekat di Cemara Sewu itu. Dengan lahap Rengganis makan bakso setelah berhari-hari lamanya Rengganis hanya makan seadanya saja. Minumnya segelas besar Teh Panas.

Tinggal mencermati apa makna sanepan-sanepan yang diberikan TUHAN kepadanya dengan Laku Lelana Brata ini.

Rengganis tersenyum. Serasa ada ublik kecil yang mulai berjaga di dalam kegelapan hatinya.

 

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun