Mohon tunggu...
Gloria Pitaloka
Gloria Pitaloka Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga dan Penulis

Perempuan yang mencintai bumi seperti anak-anaknya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Bumi

10 Juni 2023   12:15 Diperbarui: 10 Juni 2023   12:16 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berteriak-teriak. Aku bersusah payah bangkit. Lalu kutatap nanar air yang mengalir deras, meluber ke segala arah. Tanpa pikir panjang aku bersujud syukur hingga berulang kali, berterima kasih pada sang Maha Pemberi air kehidupan. Air mataku mengalir bersama derasnya air. Terima kasih, Tuhan. Aku gemetar. Namun, tetap kulanjutkan membuat saluran agar air tak mengalir ke mana-mana.

Kini semua orang di desaku tahu jika pekerjaanku berbuah kesuksesan. Dan akhirnya, para petani itu, mereka membantuku tanpa dipinta. Dulu dicaci, kini yang kudengar hanya teriakan memuji. Bahkan mereka kulihat saling berpelukan saking bahagianya.

Setelah ini, apakah pekerjaanku telah selesai? Belum. Aku harus membuat parit menuju sawah. Dan itu sangat jauh.

Sejak hari itu, berita tentangku telah tersebar. Kemudian orang-orang ramai berdatangan melihat saluran air yang dianggap mukjizat itu. Namun sayangnya, sawahku tetap saja kering.

***

Dua setengah tahun kemudian, saluran air itu rampung. Mimpi menjadi kenyataan. Sawahku tergenangi air. Banyak orang mencariku. sekedar berburu berita. Bahkan ada yang mengusulkan memberiku hadiah. Namun, aku tak peduli semua itu.

Aku nyaris tak percaya apabila mengingatnya, membuat parit pada tebing cadas sepanjang 4,5 kilometer dengan lebar 2 meter pada ketinggian 17 meter. Pekerjaan tersebut kulakukan secara terus menerus selama 45 hari. Sungguh, aku tidak memikirkan apapun saat melakukannya. Semata hanya ingin melihat sawah-sawah tergenang air.

Kini, di tanganku ada piala Kalpataru berwarna keemasan. Apakah ini emas? Jika iya bisakah kujual untuk biaya berobat suamiku yang sedang sakit saat ini?

Apakah kehidupanku akan berubah? Aku masih sama, masih tetap kekurangan. Namun, aku bahagia.

Semoga saluran air yang kubuat bermanfaat. Semoga hidup kita mengalir seperti air. Memberi dan menjadi sumber kehidupan tanpa pamrih.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun