Mohon tunggu...
Granito Ibrahim
Granito Ibrahim Mohon Tunggu... Desainer Grafis -

Fotografer jalanan dan penulis fiksi yang moody.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HORORKOPLAK] Rumah Mayat RS Kemayoran

12 Januari 2017   13:03 Diperbarui: 12 Januari 2017   13:20 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Beli Kerak Telor dulu, Mun,” kata Warso sambil menelan liur.

“Tenang-tenang, mereka sampai malam dagang, nanti saja. Kita antre karcis dulu.”

Timun tak sabar lagi mengunjungi Rumah Hantu tanpa perasaan takut. Dia yakin, justru akan geli menyaksikan Warso bakalan terbirit-birit, berteriak-teriak. Senyum mengembang lebar di wajahnya, hingga giginya yang kelabu terlihat jelas.

Timun kepo mau melihat pocong-pocongan, manusia serigala atau apa pun yang selama ini sering diperbincangkan orang. Buat dia dan teman-temannya, topik yang misterius lebih seru ketimbang berdebat mengenai sepak bola.

Baru langkahnya menuju tempat pembelian tiket masuk, berkeliaran pocong, kuntilanak, drakula, frangkenstein hingga zombie. Yang melayani tiket pun memakai pakaian suster, namun bibirnya sobek, ada pula yang bertaring dan kepalanya mengeluarkan darah.

“Waduh, Mun, aku nggak ikutan, ah.” Warso mulai ketakutan. Dan ketakutannya ditambah dengan bau kemenyan yang menyeruak di seluruh ruangan.

Timun tertawa-tawa saja, sebab dia tahu semuanya itu hanya riasan belaka. Tapi, Timun tak menyangka, manakala masuk pintu ruangan “angker” harus bergantian, dan jumlahnya ditentukan tujuh orang acapkali mendapat giliran. Ada jeda lima menit untuk giliran selanjutnya. Panitia memang menutup kemungkinan pengunjung beramai-ramai di dalam sana. Agar maksimal tingkat ketakutannya. Pasti begitu, pikir Timun.

Untungnya ada lima gadis di belakang mereka berdua. Jadi pas tujuh orang. Gadis-gadis remaja yang raut wajahnya sudah mulai pucat pasi, saling bergandengan satu sama lain. Berbisik-bisik bertukar kecemasan.

“Mas, kita ikut di belakang kamu, ya,” kata salah seorang gadis.

“Tenang... tenang... saya di depan, dan teman saya paling belakang. Jadi, kalian tidak perlu khawatir,” jawab Timun sambil menyembunyikan kegembiraan. Siapa sangka malam itu dia memperoleh lima kenalan baru, manis-manis pula.

Warso juga setengah terhibur, sibuk mengenalkan diri. Toh Timun paling depan, biar saja Timun yang duluan diganggu hantu. Warso makin sumringah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun