Hai semuanya, alhamdulillah aku suka sekali dengan tema konten kali ini adalah soal toleransi beragama. Aku mau banyak cerita aja sih di sini, karena aku selama hidup 28 tahun ini sering berpindah-pindah. Mulai dari ikut orang tua yang pindah beberapa kota bahkan pulau, saat sekolah dan kuliah juga bahkan bekerja dan menikah.
Sehingga ada momen aku paham betul bagaimana menjadi orang yang bisa bersosialisasi dan juga ini erat kaitannya dengan melakukan toleransi kepada sesama. Menurut aku, toleransi ini bisa dari segi agama, budaya dan juga kebiasaan ya. Hidup dengan pindah-pindah kota, daerah bahkan provinsi kayak gini tuh membuat aku jadi sadar betapa kebhinekaan Indonesia yang sangat luar biasa.
Aku beterima kasih kepada Allah, bersyukur sekali akan hidup aku yang mengalami perpindahan, karena aku yakin setiap perpindahan memberikan pengajaran yang ngga semua orang dapat.Â
Waktu aku tinggal di Ternate
Saat aku tinggal di Ternate, ngga banyak momen yang bisa aku ingat karena saat itu usiaku masih 4 tahun. Namun yang aku ingat betul adalah aku selalu diajak bermain oleh tetangga depan rumahku, "nci" penjual roti. Rotinya tuh enak banget, lembut dan hangat. Satu keluarga adalah nonis (non Muslim) tapi kami rukun, karena setiap Idul Fitri selalu diberikan banyak roti-roti hangat dan tak jarang aku diajak ikut ambil roti apa aja yang aku mau. Dan sewaktu Natal, aku inget banget dari kejauhan aku lihat mereka menghias pohon Natal. Sayang sekali, kejadian kerusuhan Ternate (Tobelo) tahun 1999 itu membuat aku cukup traumatis, perpecahan antara agama Islam dan Kristen saat itu membuat aku bergidik ngeri dan masih terekam jelas betapa rukun kita sebelumnya berakhir pertikaian keagamaan.
Saat aku sekolah SD sampai Kuliah
Aku punya teman dengan agama mereka non Muslim, namun mereka sangat toleransi ketika kita lagi main bareng dan malah terkadang mereka yang mengingatkan untuk solat 5 waktu.Â
"Ayok, ndys ini waktunya Dzuhur, kita break dulu nanti dilanjut lagi"
Iitu aku ingat sekali waktu masih kuliah, pendewasaan untuk bisa saling menghargai dan tidak menjadikan agama sebagai bahan olokan. Terkadang aku ngga setuju terkait makanan yang non muslim konsumsi lalu dijadikan bahan olokan, cukuplah agamaku dan agamamu saja. Tidak perlu dijadikan jokes dan itu ngga lucu sama sekali, selain menyinggung mereka, selama mereka tidak mengajak pada keburukan, ya tidak menjadi persoalan buatku.
Saat bulan Ramadan, waktu itu aku SMA, dan temanku sengaja tidak jajan sama sekali karena menurutnya, makan bisa nanti di rumah dan ingin sedikit merasakan apa yang dirasakan teman-teman muslim. Ngga sengajain untuk makan di depan orang yang sedang berpuasa. Respect banget!
Saat aku bekerja
Punya pengalaman bekerja dengan beda background pendidikan, adalah salah satu nikmat yang luar biasa juga. Bekerja di Bandung saat itu, kebanyakan teman-teman adalah non Muslim dan terkadang saat hari Idul Fitri mereka sering banget mengucapkan secara personal ucapan Idul Fitri. Atau lagi ada momen buka bersama orang-orang kantor, mereka yang paling sibuk menyiapkan. Sedangkan waktu bekerja di Jakarta, aku senang karena teman-teman non Muslim sangat menghargai aku khususnya yang muslimah dan berhijab. Karena di kantor yang di Jakarta ini, cewek berhijab itu bisa dihitung sama jari. Tapi teman-temanku tidak menganggap aku berbeda sendiri, mereka tetap merangkul dan membuat suasana cair dan waktunya solat pun sering banget ngingetin.
Lingkungan komplek rumah
Setelah menikah sama suami, aku ikut ke Tangerang dan tinggal di rumah mertua di lingkungan komplek gitu. Dalam komplek itu ternyata sangat guyub sekali. Saat hari paskah seperti hari ini tanggal 17 April, satu grup ikut mengucapkan kepada tetangga yang sedang memperingati hari paskah dan semoga bisa menikmati hari paskah dengan bahagia.
Indahnya menjaga toleransi beragama antar sesama seperti ini. Tidak ada kata rusuh, tidak saling mengejek atau membuat kata-kata yang tidak pantas. Mereka akan semakin menghargai kita saat kita pun tidak memprovokasi agama lain. Aku sangat percaya, agamau Islam tidak mengajarkan untuk saling membenci ketika kita berbeda. Menghargai dan toleransi ini amatlah dekat, dan dekatnya ini kadang tidak disadari membuat percikan kecil dan berakhir menyulut pertikaian. Sehingga paling penting bagiku adalah, jika tidak saling mengusik, kita jangan duluan mengusik mereka. Indahnya toleransi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H