Tanpa adanya keraguan di diri Islami, diapun meminta kepada sang ayah untuk mematuhi perintah Allah SWT tersebut. Selain itu, Nabi Ismail juga berjanji kepad Nabi Ibrahim, bahwa akan menjadi seseorang yang lebih bersabar dalam menjalankan perintah dari Allah SWT.
Melihat kemuliaan sifat yang dimiliki oleh Nabi Ismail, Allah SWT memujinya. Hal ini terdapat di dalam surat Maryam ayat 45, yang artinya:
"Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi."
Menguji Ketakwaan Dengan Mengorbankan Hal yang Paling Dicintainya
Akhirnya, Nabi Ibrahim Bersiap untuk mengorbankan anak tercintanya dan membaringkannya. Nabi Ismail juga tidak menunjukkan keraguan.Â
Lalu, pada saat Nabi Ibrahim akan mengayuhkan parangnya, Allah SWT secara tiba-tiba menggantikan tubuh Nabi Ismail dengan seekor domba yang sangat besar. Yaitu seekor domba (kibas) jantan yang berasal dari surga, dengan warna putih, mata yang bagus, dan memiliki tanduk.
Kejadian ini tentunya sebuah mukjizat yang Allah berikan. Perintah mengurbankan Nabi Ismail adalah sebuah ujian untuk Nabi Ibrahim dan putranya untuk melihat sejauh mana kecintaan mereka kepada Allah SWT.
Kejadian inilah yang menjadi asal mula dari kurban bagi umat Islam di seluruh dunia pada setiap hari raya Idul Adha. Ibadah kurban dimaknai sebagai suatu bentuk kepasrahan pada Allah SWT untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Hikmah Peristiwa Kurban Nabi Ibrahim
1. Kecintaan pada Allah melebihi ego duniawi
Dari pengorbanan Nabi Ibrahim yang berseida menyembelih putranya, umat Islam belajar bahwa ego duniawi sama sekali tidak boleh mengungguli kecintaan kita terhadap Allah SWT. Ego duniawi dalam hal ini adalah kecintaan NBI Ibrahim kepada sang anak.
2. Tingkat keikhlasan yang besar
Tingkat keikhlasan yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim sangatlah tinggi, sehingga beliau tidak ragu sama sekali dalam menjalankan perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim dan sang putra menunjukkan sesuatu yang bahkan melampaui maqom ikhlas.
Nabi Ibrahim rela mengorbankan anaknya untuk dipersembahkan kepada Allah, sedangkan Ismail pasrah walaupun nyawanya dipertaruhkan dalam menjalankan perintah Allah. Dirinya berserah diri dan percaya pada ayahnya.