Siklus air yang kedua adalah siklus air sedang. Siklus air sedang memiliki proses yang lebih sedikit panjang daripada siklus air pendek. Pada siklus air pendek ini, hujannya tidak terjadi di laut, tetapi terjadi di darat. Pada awalnya sama, air mengalami yang namanya evaporasi, lalu terkondensasi menjadi awan dan akhirnya turunlah hujan.
Bedanya, pada siklus air sedang ini terjadinya di darat. Jadi, pada saat sudah mengalami kondensasi, awan juga bisa mengalami adveksi. Adveksi merupakan bergeraknya awan menuju suatu tempat yang lain karena angin.
Adanya adveksi inilah, awan bisa menurunkan hujan ke daratan, sehingga menimbulkan lagi yang namanya run off. Run off merupakan bergeraknya air di darat dari suatu tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Air ini nantinya akan mengalir kembali ke laut, sehingga siklus airnya bisa mengulang.
3. Siklus air panjang
Yang terakhir adalah siklus air panjang atau siklus hidrologi besar. Siklus air panjang sesuai dengan namanya, di mana siklus air ini mempunyai tahapan yang lebih kompleks daripada dua siklus yang sebelumnya.
Pada awalnya, siklus air ini sama, yaitu air mengalami evaporasi dan kondensasi. Namun, kali ini, hujannya bukan hujan biasa, melainkan hujan es. Hal ini bisa terjadi karena awan yang ada di atmosfer bergerak ke tempat yang relatif lebih dingin atau kondisi suhu di atmosfernya saat itu sedang rendah.
Setelah musim semi, barulah salju atau es tersebut mencair, lalu mengalir ke permukaan bumi, sampai akhirnya bisa sampai ke laut untuk mengulang siklus air kembali. Karena proses siklus air yang panjang ini, maka dinamakan sebagai siklus air panjang.
Di dalam siklus air panjang ini, bisa juga terjadi proses sublimasi, di mana perubahan wujud padat menjadi gas, dalam hal ini adalah es yang menguap kembali menjadi sebuah uap air.
Itulah bahasan tentang 3 jenis siklus air. Meskipun air tidak pernah habis karena mengalami siklus air yang berulang, bukan berarti setiap manusia bisa seenaknya menggunakan air.
Penulis: Nurul Ismi Humairoh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H