Pada saat kamu bangun tidur, kamu langsung ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu, kamu minum air dan sarapan. Kemudian, kamu lanjut mandi. Dari semua aktivitas di pagi hari yang kamu lakukan, semuanya memiliki kesamaan, yaitu menggunakan air. Â Bukan hanya untuk dikonsumsi, tetapi juga untuk kegiatan sehari-hari.
Namun, kenapa air di bumi tidak pernah habis, ya? Apakah memang sangat banyak air yang ada di bumi? Jawabannya adalah karena adanya siklus air. Siklus air atau disebut siklus hidrologi merupakan sebuah rangkaian atau tahapan yang dilalui oleh air dari bumi, kemudian ke atmosfer, sampai Kembali lagi ke bumi.
Mudahnya, siklus air di mana air yang ada di bumi mengalami penguapan menjadi awan, kemudian turun lagi menjadi hujan. Inilah yang menyebabkan volume air di bumi relatif sama dari tahun ke tahunnya. Hal ini juga terjadi secara terus menerus, mengikuti tahapan siklus air tersebut.
Siklus air ini terbagi menjadi 3 jenis, apa sajakah itu? Simak penjelasan tentang jenis siklus air sebagai berikut.
Jenis-Jenis Siklus Air
1. Siklus air pendek
Jenis siklus air yang pertama adalah siklus air pendek atau yang dikenal dengan siklus hidrologi kecil. Siklus air pendek ini adalah siklus air yang paling sederhana, karena hanya melibatkan beberapa tahapan saja.
Dalam siklus air pendek ini, air laut mengalami evaporasi. Evaporasi merupakan proses menguapnya air dari laut, sungai, danau, atau permukaan air yang lain di bumi. Kunci utamanya adalah panasnya matahari.
Kemudian, uap air mengalami kondensasi dan berubah menjadi awan. Kondensasi merupakan berubahnya wujud uap air menjadi sebuah titik air, sampai akhirnya terbentuk menjadi awan, setelah itu terjadi presipitasi. Presipitasi ini yang kita kenal dengan hujan.
Dikarenakan hujan di siklus air pendek ini terjadi langsung di atas permukaan laut, maka tidak ada tahapan pengaliran menuju ke laut lagi. Air hujan yang sudah turun ke laut ini kemudian bercampur lagi dan mengalami siklus air Kembali.
2. Siklus air sedang
Siklus air yang kedua adalah siklus air sedang. Siklus air sedang memiliki proses yang lebih sedikit panjang daripada siklus air pendek. Pada siklus air pendek ini, hujannya tidak terjadi di laut, tetapi terjadi di darat. Pada awalnya sama, air mengalami yang namanya evaporasi, lalu terkondensasi menjadi awan dan akhirnya turunlah hujan.
Bedanya, pada siklus air sedang ini terjadinya di darat. Jadi, pada saat sudah mengalami kondensasi, awan juga bisa mengalami adveksi. Adveksi merupakan bergeraknya awan menuju suatu tempat yang lain karena angin.
Adanya adveksi inilah, awan bisa menurunkan hujan ke daratan, sehingga menimbulkan lagi yang namanya run off. Run off merupakan bergeraknya air di darat dari suatu tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Air ini nantinya akan mengalir kembali ke laut, sehingga siklus airnya bisa mengulang.
3. Siklus air panjang
Yang terakhir adalah siklus air panjang atau siklus hidrologi besar. Siklus air panjang sesuai dengan namanya, di mana siklus air ini mempunyai tahapan yang lebih kompleks daripada dua siklus yang sebelumnya.
Pada awalnya, siklus air ini sama, yaitu air mengalami evaporasi dan kondensasi. Namun, kali ini, hujannya bukan hujan biasa, melainkan hujan es. Hal ini bisa terjadi karena awan yang ada di atmosfer bergerak ke tempat yang relatif lebih dingin atau kondisi suhu di atmosfernya saat itu sedang rendah.
Setelah musim semi, barulah salju atau es tersebut mencair, lalu mengalir ke permukaan bumi, sampai akhirnya bisa sampai ke laut untuk mengulang siklus air kembali. Karena proses siklus air yang panjang ini, maka dinamakan sebagai siklus air panjang.
Di dalam siklus air panjang ini, bisa juga terjadi proses sublimasi, di mana perubahan wujud padat menjadi gas, dalam hal ini adalah es yang menguap kembali menjadi sebuah uap air.
Itulah bahasan tentang 3 jenis siklus air. Meskipun air tidak pernah habis karena mengalami siklus air yang berulang, bukan berarti setiap manusia bisa seenaknya menggunakan air.
Penulis: Nurul Ismi Humairoh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H