Mulai dari wadah air suci atau guci, gelas, kendi dan peralatan lainnya. Selain itu, penari Tari Pendet juga membawa mangkuk perak berisi bunga.Â
Kemudian, setelah tarian selesai, bunga dalam mangkuk ditebarkan ke penonton sebagai penyambutan. Oleh karena itu, tari ini juga bermanfaat untuk penyambutan tamu.Â
2. Musik Pengiring Tari Pendet
Iringan tari Pendet Bali memiliki musik pengiring yang khas. Keistimewaannya adalah irama musik yang dihasilkan oleh tabuhan gamelan atau gong kebyar. Tujuan dari musik latar adalah untuk mengatur tempo dan ritme penari.Â
Saat Gong Kebyar dimainkan cepat atau lambat, kemudian gerakan penari menyesuaikan dengan irama musik. Musik inilah yang membuat pertunjukkan Tari pendet semakin menakjubkan.
3. Kostum dan Tata Rias Tari Pendet
Para penari tari Bali Pendet mengenakan pakaian adat Bali yang terdiri dari motif tapih hijau dan kepala kepiting dalam setiap pertunjukannya. Kemudian, mereka juga memakai korset bermotif rose gold, selendang merah yang diikatkan di pinggang dan motif tumpeng kuning.
Untuk penampilan maksimal, para penari juga memakai riasan wajah yang menarik. Mereka memakai anting-anting, hiasan bunga kamboja di telinga kanan dan bunga mawar di tengah kepala.Â
Tidak hanya itu, mereka memiliki shamrock di telinga kiri mereka dan bunga cendana di belakang bunga mawar dan kamboja. Kemudian, para penari juga menggunakan ornamen Gonjer Pusung.
4. Filosofi Gerakan Tari Pendet
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya jika Tari Pendet jadi bagian berkat persembahan. Secara lebih khusus, gerak tari Pendet diambil dari standar gerak tari Pendet dewa, atau tari gantung asli yang disajikan dalam pemujaan.
Tanpa menghilangkan nilai religius, sakral dan indah dari tarian ini, I Wayan dan temannya Ni Ketut Reneng berhasil memasukkan unsur tari Pendet Dewa ke dalam tari Pendet yang populer saat ini.
Nah, itulah filosofi Tari Pendet yang merupakan tari tradisional Bali yang populer. Sebagai salah satu tarian yang sakral, Tari Pendet pasti memiliki filosofi dan nilai budayanya bagi masyarakat setempat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H