Mohon tunggu...
Gramedia Official
Gramedia Official Mohon Tunggu... Lainnya - Tempat kamu mencari buku 📚

📖 Halaman untuk pecinta buku. Dari trivia, review, hingga rekomendasi buku dari #SahabatTanpaBatas-mu. 🤗

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ini Latar Belakang Terjadinya Pertempuran Ambarawa pada 20 Oktober 1945!

12 Oktober 2022   12:45 Diperbarui: 12 Oktober 2022   12:44 6330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 21 November 1945, Pasukan Keamanan Rakyat membantu memerangi Sekutu. Sayangnya, pertempuran itu mengakibatkan kematian Letnan Kolonel Isdiman pada 26 November dan digantikan oleh Kolonel Sudirman. 

Palagan Ambarawa yang dipimpin Kolonel Sudirman kemudian melakukan strategi gelar Supit Urang. Strategi ini adalah taktik pengepungan, sehingga pada akhirnya musuh akan terjebak dan menyerah sepenuhnya. 

Nama Supit Urang berasal dari bahasa pewayangan yang artinya pengepungan. Strategi perang ini dipimpin oleh Kolonel Sudirman. Setelah perjuangan panjang, Sekutu akhirnya menyerah pada 15 Desember 1945. 

Hari Juang Kartika sendiri sebelumnya dikenal sebagai Hari Infanteri. Namun, dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 163 Tahun 1999, Hari Infanteri kemudian diubah menjadi Hari Juang Kartika.

Kronologi Pertempuran Ambarawa

Pada tanggal 20 Oktober 1945, pasukan Sekutu di bawah komando Brigadir Jenderal Bethel mendarat di Semarang untuk memasok para tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu itu didampingi oleh NICA.

Kedatangan tersebut awalnya disambut baik oleh Bapak Wongsonegoro, Gubernur Provinsi Jawa Tengah. Wongsonegoro setuju untuk menyediakan makanan dan kebutuhan lainnya untuk memfasilitasi misi Sekutu. 

Padahal, Sekutu berjanji tidak akan mencampuri kedaulatan NKRI. Namun, ketika Sekutu dan NICA tiba di Magelang dan Ambarawa untuk membebaskan tawanan perang Belanda, para tawanan ini bersenjata, yang menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. 

Sebaliknya, tentara Sekutu mulai bertindak sebagai penguasa untuk melucuti senjata dan menabur kekacauan di Pasukan Keamanan Rakyat. TKR atau Tentara Keamanan Rakyat Resimen I-Kedu dipimpin oleh Letkol. M. Sarbiini juga membalas aksi ini, mengepung Sekutu dari arah yang berbeda. 

Pada akhirnya, mereka selamat dari kehancuran melalui intervensi langsung Presiden Sukarno dan berhasil mendinginkan suasana. Setelah itu, Sekutu diam-diam meninggalkan Kota Magelang dan bergegas menuju Benteng Ambarawa. 

Peristiwa ini mengakibatkan Resimen Kedu Tengah dipimpin oleh Letkol. M. Sarbini memiliki berbagai pekerjaan untuk mereka. 

Penarikan mundur pasukan sekutu yang sebelumnya tertahan di desa Jambu dihalangi oleh pasukan Angkatan Muda pimpinan Oni Sastrodihardjo yang juga diperkuat pasukan gabungan dari Surakarta, Sulu dan Ambarawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun