Quarter Life Crisis yaitu sebuah fase perkembangan psikologis yang muncul di usia 18-29 tahun sebagai transisi antara fase remaja ke fase dewasa. -- Atwood dan Scholtz (2008)
Akhir-akhir ini saya bertemu dengan teman -- teman saya di rentang usia yang sama (20-22 tahunan) untuk sekedar bercengkrama membahas kehidupan kuliah.Â
Awalnya saya ingin bertanya bagaimana rasanya menghadapi semester akhir yang jadwal kuliahnya tidak jelas namun tugasnya terasa berat.
Tidak disangka-sangka saya malah mendengarkan curhat (curahan hati)-an mereka tentang kehidupan pribadi yang dipenuhi berbagai ketakutan dan kekhawatiran mereka, yang sama dengan apa yang saya rasakan sekarang.
Apa saja yang biasanya selalu dipikirkan atau dikhawatirkan oleh kita?
1. Pertayaan-pertanyaan seputar perkuliahan.
"Apakah saya harus lanjut kuliah S2?; "Apakah saya harus mengambil judul skripsi A atau B?"; "Apakah saya harus berhenti saja dan pindah ke jurusan yang sesuai kemampuan saya?"; "Apakah saya harus menunda kelulusan untuk hal yang lain?"
2. Pertayaan-pertanyaan seputar pekerjaan
"Mau bekerja dikantor yang seperti apa ya nanti?; Â "Apakah harus bekerja sesuai jurusan kuliah atau lintas jurusan?"; "Apakah ada yang mau menerima karyawan seperti saya?"; "Haruskah saya mencoba membuka bisnis baru?"
Untuk yang sudah memiliki pasangan: "benarkah ia pasangan sehidup dan semati saya?"; "Layakkah ia menjadi ayah/ibu dari anak-anak saya kelak?"; "Apakah sifat menyebalkannya ini akan berubah?"
Untuk yang mencari-cari pasangan: "Apakah saya belum bisa move-on?"; "Benarkah Tuhan sudah mempersiapkan jodoh bagi saya?"; "Mengapa cinta saya bertepuk sebelah tangan?"; "Apakah tidak ada yang mau dengan saya?"; "Mengapa rindu ini menyakitkan?"
4. Pertayaan-pertanyaan tentang orang tua
"Apakah saya sanggup membanggakan mereka?"; "Mengapa mereka selalu mengatur kehidupan pribadi saya?"
5. Pertayaan-pertanyaan seputar pertemanan
"Mengapa mereka tidak memiliki waktu untuk saya?"; "Mengapa ia berubah?" "Mengapa ia tidak peduli lagi kepada saya?"
Dan yang terlebih parah, beberapa dari kita pernah bertanya: "Mengapa saya harus tetap hidup didunia seperti ini?"; "Apa sebenarnya tujuan hidup saya?"; "Untuk apa saya melakukan semua hal yang melelahkan ini?"
Jika anda pernah memikirkan beberapa hal diatas, maka kalian sedang mengalami suatu fase kehidupan yang dinamakan Quarter Life Crisis. Yaitu tahap dimana krisis identitas diri mengalami puncaknya.Â
Anda tidak perlu semakin takut, namun menerima keadaan bahwa semua yang seumuran anda juga mengalami hal-hal seperti ini.
1. Berhenti membandingkan diri
Kita merasa belum mencapai apapun, sehingga mengalami kekhawatiran yang disebutkan diatas. Anda harus mengerti bahwa waktu pencapaian seseorang berbeda-beda. Sekali lagi ini tentang menerima keadaan dan berdamai dengan diri sendiri
2. Tentukan tujuan dan berdiskusi dengan orang tua
Anda harus menjelaskan ke orang tua anda kehidupan apa yang anda inginkan, sehingga orang tua anda mengerti dan tidak lagi memaksa harapan mereka ke tujuan hidup anda.Â
Yang menjalani hidup anda tentu saja adalah anda, jadi dari sekarang tentukan tujuan hidup anda dari berbagai aspek yang sudah anda pikirkan. Sesuaikan dengan kemampuan dan ekspetasi anda, jika masih bingung, mungkin bisa membaca beberapa referensi bacaan dan buku tentang bagaimana cara menemukan tujuan hidup.
Jika anda sudah matang memikirkannya, maka akan mempermudah kehidupan kuliah dan pekerjaan setelah anda lulus kuliah. Kekhawatiran pun berkurang.
3. Pahami dengan baik tentang kehidupan pernikahan
Bagi kalian yang single, ingatlah bahwa tujuan anda pacaran yaitu menikah. Jadi pikirkan dengan baik kriteria suami /istri ang seperti apa yang anda inginkan. Lalu tanyakan ke diri anda apakah saya sudah layak menjadi pendamping hidup orang itu? Dari sini anda akan semakin semangat untuk memantaskan diri.
Bagi yang sudah punya pacar, salinglah bertukar pikiran tentang kehidupan pernikahan kalian kelak, dan lihat respon pasangan kalian saat mengalami berbagai masalah hidup. Dari sini biasanya kita bisa menilai apakah ia pantas atau tidak untuk melanjutkan hubungan dengan kita kedepannya.
4. Berteman secara kualitas, bukan kuantitas
Kita harus paham bahwa teman kita sedang berjuang juga untuk kepentingan hidupnya sendiri, anda hanya perlu menyaring siapa teman yang sejalan dengan anda.Â
Meskipun kalian saling fokus dengan kehidupan pribadi, selama kalian saling nyaman dan mendukung satu sama lain, maka ia akan tetap menjadi teman anda. Tidak perlu berekspetasi lebih kepada orang lain karena pada akhirnya hanyalah diri kita sendiri yang dapat kita andalkan.
5. Berhenti memikirkan yang berat, yakinkan selalu mendapat yang terbaik.
Nikmati hidup anda selagi masih muda, meskipun banyak tantangan tetaplah mencari sela-sela untuk bersyukur menikmati kehidupan ini. Lakukan hal yang membahagiakan anda tanpa mengganggu proses untuk mencapai tujuan hidup anda.
Kita harus meyakinkan diri sendiri, bahwa kita berada pada kondisi yang benar, kita harus berjuang sedikit lagi, agar semua tidak menjadi terlalu berat.Â
Saran terbaik saya adalah mendengarkan satu album penuh "Kunto Aji -- Mantra Mantra" (link playlist youtube resmi) yang berisi lagu-lagu yang dapat mengistirahatkan pikiran kita.Â
Beberapa teman saya menangis beberap saat lalu mendapat kekuatan kembali untuk melanjutkan hidupnya setelah mendengarkan lagu ini. Berikut ini salah satu lagunya yang layak didengar:
Selamat menikmati fase Quarter Life Crisis anda, semoga dapat menjadi kisah yang menarik untuk anda ceritakan ke anak cucu anda kelak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H