Mohon tunggu...
Gracia B
Gracia B Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

suka nulis dan masih belajar menulis dan ingin terus menjadi penulis dan ingin dikenal sebagai penulis :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekacauan Perayaan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur

26 Mei 2013   19:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:59 5023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertama, penulis mau mengucapkan Selamat Hari Raya Waisak buat Kompasianer yang merayakannya kemarin. Hari ini timeline twitter saya ramai dengan pembicaraan orang tentang perayaan Waisak di Candi Borobudur maka saya tertarik untuk membahasnya.

Perayaan hari raya Waisak di Candi Borobudur memang sudah menjadi ritual atau kebiasaan bagi umat Budha untuk merayakannya, dimana Candi Borobudur sendiri memang merupakan candi Budha yang terkenal dan dijadikan sebagai tempat ibadah. Candi ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Tak mengherankan jika candi ini pernah menjadi salah satu dari keajaiban dunia.

Candi Borobudur ini dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno. Candi Borobudur ini selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi. Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur juga mencerminkan ajaran sang Budha.

Seperti diketahui, Waisak merupakan perayaan atas tiga peristiwa penting dalam agama Buddha. Yaitu memperingati kelahiran Pangeran Sidharta, Sidharta mencapai kebuddhaan, dan wafatnya Sang Buddha Gautama. Untuk tema perayaan Tri Suci Waisak tahun ini mengambil tema ‘Dengan Semangat Waisak Kita Tingkatkan Kesadaran Untuk Terus Berbuat Kebajikan’. Sedangkan Sub temanya adalah ‘Sucikan Pikiran, Tingkatkan Kebajikan, Kehidupan menjadi Harmonis’.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak 2013 juga dipusatkan di kawasan Candi Borobudur dan Candi Mendut, Magelang, Jawa Tengah. Detik-detik meditasi Waisak berlangsung pada Sabtu (25/05/13) pukul 11.24.39 WIB tepat pada saat bulan sempurna. Setelah itu pada pukul 13.00 WIB, prosesi dilanjutkan dengan berjalan kaki dari Candi Mendut ke Candi Borobudur yang berjarak sekitar 3 kilometer.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam akun twitternya, @SBYudhoyono juga menyampaikan ucapan selamat Hari Raya Waisak 2013 kepada umat Budha di Indonesia. “Selamat Hari Raya Waisak. Mari kita terus berbuat kebajikan sbg landasan moral menuju kehidupan berbangsa yg sejahtera. *SBY*” tulis SBY pada akun twitternya, Sabtu (25/05/13) sore.

Nah ini berita lengkapnya tentang Perayaan hari raya Waisak di Candi Borobudur kemarin. MAGELANG- Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan Waisak di Candi Borobudur tahun ini menarik banyak wisatawan. Sayangnya, kesakralan hari suci umat Budha ini menjadi ternodai karenanya.

Tahun ini, Candi Borobudur tetap dibuka untuk umum saat prosesi Waisak. Ribuan turis, baik lokal maupun mancanegara, memadati candi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, ini. Kebanyakan turis mengaku menanti ritual pelepasan seribu lampion, yang menjadi penanda berakhirnya prosesi Waisak tahun ini.
Menurut pantauan Okezonepada Sabtu, 25 Mei 2013, pukul 14.00 WIB, jalanan menuju Taman Wisata Candi Borobudur sudah padat dan macet. Padahal, saat itu sedang ada prosesi kirab biksu dari Candi Mendut ke Candi Borobudur, salah satu bagian dari prosesi Waisak.

Memasuki kawasan Candi, antrean gerbangnya mengular. Tampaknya, tahun ini adalah tahun teramai perayaan Waisak di Borobudur. Sebagian turis berasal dari Jakarta dan sekitarnya, tak hanya dari Jawa Tengah atau Yogyakarta. Pelataran Candi Borobudur sudah dialasi karpet kuning. Karpet yang seharusnya menjadi tempat duduk para umat Budha justru dipenuhi turis, sebagian besar anak muda yang tidur-tiduran sambil bercanda ria. Jumlah turis bahkan lebih banyak dibandingkan umat Budha yang ingin beribadah hingga cukup mengganggu kekhusyukannya.

Pukul 17.00 WIB, para biksu dari majelis-majelis yang sudah dua hari melakukan prosesi Waisak dari Candi Mendut ke Candi Borobudur sudah berkumpul di panggung pelataran. Hujan rintik-rintik turun, membuat para turis mengembangkan payungnya selama menunggu acara dimulai. Hingga pukul 19.00, acara masih belum juga dimulai, padahal para biksu dan biksuni sudah berkumpul di panggung, siap untuk memanjatkan doa bersama. Hujan turun semakin deras, membuat pengunjung semakin resah.

"Maaf, acara belum dapat kami mulai karena masih menunggu kedatangan Menteri Agama, Suryadarma Ali," kata pembawa acara. Sontak, pengunjung menyoraki dengan teriakan "huuuu" panjang. Tak sedikit yang memaki. "Kami sudah menunggu lama!" "Kapan acara lampionnya?," begitu teriak turis-turis itu. Pembawa acara pun mencoba menenangkan pengunjung dengan menggunakan kata-kata mutiara dari kitab ajaran Budha.
Sekira pukul 20.00 WIB, akhirnya Menteri Agama datang. Kedatangannya disambut sorakan kecewa yang panjang. Sorakan ini juga terdengar saat Suryadarma membacakan sambutan dan saat pemuka agama Budha menyebutkan namanya. Saat sambutan dari pemuka agama Budha, pengunjung pun terdengar tak bisa tenang. Di sana-sini terdengar suara teriakan dan tawa mereka.

Usai sambutan-sambutan, acara dilanjutkan dengan pembacaan doa dari biksu-biksu sembilan majelis yang hadir saat itu. Hujan masih turun deras, dan mirisnya pada saat pembacaan doa, pengunjung meringsek naik ke panggung. Mereka naik ke panggung, berusaha berada sedekat mungkin dengan para biksu dan memotretnya. Hal ini tentu mengganggu panjatan doa mereka, apalagi pengunjung-pengunjung ini memotret dengan menggunakan flash."Tolong jangan naik ke altar, ini tempat yang tidak boleh dinaiki," kata seorang biksu kepada pengunjung. "Bila ingin berfoto, tolong memoto dari jauh, para biksu sedang berdoa," imbuhnya.

Namun peringatan itu tidak dipatuhi pengunjung. Kejadian lebih ricuh lagi terjadi saat ritual Pradaksina, yaitu ritual para biksu mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali. Pengunjung semakin mendekat ke arah biksu, mencoba mengikuti mereka melakukan Pradaksina."Tolong, bagi pengunjung yang ingin juga melakukan Pradaksina, harap tertib. Jangan menghalangi jalannya biksu," demikian peringatan dari pembawa acara. Namun lagi-lagi diabaikan, bahkan seorang biksu terinjak-injak kakinya oleh pengunjung.Usai Pradaksina, harusnya dimulai acara yang ditunggu-tunggu, yaitu pelepasan 1.000 lampion. Namun sayang, karena hujan masih turun dengan derasnya, pelepasan lampion terpaksa dibatalkan. Teriakan dan keluhan marah dari pengunjung segera terdengar. Sebagian meninggalkan area candi, sebagian lagi ada yang naik ke panggung, mengambil bunga-bunga dan hiasan panggung. Area Borobudur menjadi sangat kotor oleh botol minuman, tisu, dan bekas bungkus makanan.

Waisak, yang seharusnya menjadi momen sakral ibadah umat Budha, justru sebaliknya. Umat Budha tidak dapat beribadah dengan tenang lantaran para turis penasaran menunggu pelepasan lampion, yang perhelatannya diadakan berbarengan.

Nah! Setelah membaca dan seperti ikut merasakan bagaimana perayaannya kemarin, saya berfikir, sebaiknya pada saat perayaan Waisak, Candi Borobudur tidak dibuka untuk umum, tapi hanya untuk umat Budha yang ingin mengikuti perayaan saja beserta para Biksu dan pengikutnya. Sedangkan para wartawan atau jurnalis diperbolehkan mengikuti acara tapi dengan batasan lokasi tersendiri. Selanjutnya, untuk para pejabat atau siapapun yang merasa dirinya 'penting' dan sedang ditunggu banyak orang, diharapkan bisa datang tepat waktu sehingga bisa menjadi panutan.

Yang harus menjadi tujuan penting adalah bagaimana umat Budha dan para Biksu bisa menjalani upacara perayaan hari raya mereka dengan tenang dan khusyuk. Selain itu, bagi para pengunjung yang datang, mereka harus bisa menjaga perilaku mereka dengan tidak mengganggu serta menghargai upacara hari raya orang lain.

:))

Sumber terkait:

http://www.lensaindonesia.com/2013/05/25/ribuan-umat-budha-ikuti-puncak-prosesi-waisak-di-candi-borobudur.html

http://travel.okezone.com/read/2013/05/26/407/812801/redirect

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun